Susah memang kalau dua orang (muda mudi) yang sama sama pendiam/tertutup bertemu dalam satu kondisi dan juga terlibat ikatan perasaan dihati mereka. Mau diungkapkan takut ditolak, malu, nggak pede. Nggak diungkapin buat hati dongkol sendiri dan mengutuk diri sendiri, inilah dan itulah. Kira kira inilah yang dihadapi seorang pemuda bernama Sada.
Ia pernah ingin mengungkapkanya kepada Dwi. “Wi, kamu cantik sekali, tiap hari saya memikirkanmu. Saya suka sama kamu. Maukan jadi halletku?”. “kpaaakkkkk” sebuah tamparan mendarat di wajah Sada. “dari tadi kamu bengong aja, gemetar lagi. Lap tuhkeringatmu” kata dwi. Sada baru sadar ternyata kata katanya itu hanya dalam hatinya saja.
Sadar tak bisa mengungkapkan perasaanya secara langsung, si Sada meminta bantuan kepada bapaknya. “he,he,he..tenang anakku, rahasiamu aman bersama bapakmu ini..tenang sajalah kau ini” (logat bataknya kentara benar). “bapak akan langsung kerumahnya si Dwi besok, kalau bapak sudah selesai menarik, besokkan malam minggu!!!”
Ada perasaan yang tak diungkapkan dengan kata kata dalam hati si Sada. Bapaknya ternyata memahami jiwa mudanya. Intinya Sada banggalah. Titik!!
“mau kemana pak?”
“ bah, macam mananya kau ini, tapi mau kerumah Dwi...menyampaikan perasaanmu itu. Nggak ingat kau itu yah”
“oohhhh....bagus pak...jangan lupa pake parfum pak..biar wangi””
“nggak usahlah.... bau keringat itu tanda jantan dan kerja keras anakku...oh ya,,doakan bapakmu yah biar sukses”
“jalan atau bawa mobil pak??”
“mobil? Kau tak ingat kalau bapakmu ini tak punya mobil...bapak hanya supir to!!... jalan aja biar kelihatan perjuanganya,he,he,he. Diamlah, kamu belum tau apa apa,masih jauh sama bapakmu ini”
“bajunya dirapiin dong pak..biar sopan dikit, masa kancingnya kebuka..kayak preman”
“cerewet juga kau ini yah..kayak mamak mamak!!!....kancing kebuka itu lambang pasaran. Belum sampai ilmumu kesana... udah tenang saja kau dirumah itu. Bapak pergi dulu yah...doakan biar dapat penumpang...eh kok penumpang..biar berhasil”
Bersambung..... belum!
Bapaknya sadapun berjalan menelusuri jalanan yang gelap menuju rumahnya si Dwi, pujaan hati si Sada. Setelah berjalan selama 15 menit, si bapakpun sampai didepan pintu. Diketuknya pintu sampai tiga kali. Tebak siapa yang membukakan pintu????..................... sudah ditebak?... ayo siapa?....... hihi salah, bukan itu. Orang bapaknya si Sada setor uang setoran dulu kerumahnya si boss kalau nggak bisa dipecat, si Sada mau makan apa kalau bapaknya dipecat. Nah habis itu baru kerumahnya si Dwi, kebetulan arahnya sama. Setelah sampai didepan pintu si bapakpun mengetuk pintu dan langsung dibukakan oleh si Dwi.
“ada apa Tulang? Sadanya mana? Kok sendirian?”
Dalam hati “ wah ternyata anak ini sudah di mantra sama anakku...nanya Sada terus!! He”
“ oh Sada nggak ikut...dia dirumah..katanya ngerjain PR”
“PR?? Bukanya besok minggu”
Upps jawaban yang salah... “maksud saya PR sekolah minggu.... gini Dwi, si sada nitip pesan.....” belum selesai berbicara kakaknya si Dwi keluar dari kamarnya. Rambutnya masih dibalut oleh handuk putih, wanginyapun masih menyebar kesana sini. Habis mandi nih ceritanya.
“Wi..itu siapa wi..kok nggak dibuatin minum!!”
“ oh iya yah!!! Ini kak,,ini Tulang Saragih, bapaknya Sada, satu kelasku..bentar yah Tulang saya buat minum dulu”
“oh iya dwi, silahkan”.
Matanya bapaknya Sada tak berkedip ketika melihat kakaknya Dwi keluar.. “astaga..cantikkkkk niancewek ini...kayak bidadari yang dari Danau Toba...astaga” (dalam hati).
“bapaknya Sada yah bang?”
“iya ito...........(menunggu biar disebut namanya)”
“ Boru Purba”... (menjulurkan tangan untuk salaman)
“ Saragih.....iya ito, bapaknya Sada...” (sambil salaman)
Dalam hati “alamakkkk...halus benar tanganya si boru purba ini..”
Singkat cerita dari pertemuan antara mereka berdua (bapaknya sada dan kakaknya dwi) membuahkan benih benih cinta yang akhirnya berlangsung secara terus menerus dan makin intim saja. Bapaknya Sada tak menghiraukan misi awalnya lagi, bahkan pesan dari anaknya tak pernah ia sampaikan ke Dwi. Tau akan hal ini, Sada akhirnya menyatakan langsung perasaanya pada Dwi tapi sepertinya semuanya tak akan ada hasilnya lagi. Dwi hanya diam saja tak menjawab “iya” atau “tidak”.
Beberapa bulan kemudian, setelah kelulusan Dwipun dikirim orang tuanya keluar kota untuk melanjutkan sekolahnya. Sementara si Sada masuk STM di daerahnya. Semenjak itu hubunganya dengan Dwi total, ia tak pernah mendengar kabar wanita yang mengisi hatinya untuk pertama kali lagi.
Selama ini Sada hanya dibesarkan oleh kasih sayang bapaknya, sementara ibunya telah meninggal dunia 15 tahun yang lalu saat melahirkan sada. Ada rasa bangga dihati Sada karena ia mendapat ibu baru yang sangat menyanginya, tapi tetap saja ada perasaan kehilangan dalam hatinya. Hilangnya cinta pertamanya....selanjutnya, Dwi menjadi (inang anggi) ibu muda bagi Sada kalau mengikuti garis budaya kekeluargaanya, dengan kata lain Dwi juga adalah ibunya si Sada.
Salam sayang,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H