[caption id="attachment_261146" align="alignleft" width="251" caption="illustrasi google.com"][/caption]
“Panggil aku Jina” itulah kalimat pertama yang wanita itu ucapakan padaku ketika aku menolongnya dari kemabukan yang membius dirinya. Dari pertemuanku yang tak disengaja malam itu dengan Jina tercipta sebuah tali persahabatan yang nantinya berubah menjadi…. Tebak sendiri ..anda pasti bisamembaca pikiran saya bukan? Good.
Aku adalah anak rantau yang hanya bermodal nekat. Maksud dan tujuanku ke kota besar dinegara ini adalah untuk mencari sebuah pekerjaan yang ujung-ujungnya berharap akan perbaikan hidup yang lebih baik pula. Setelah lima tahun bertolak dari kampung halaman tujuan awal yang sudah tersetting diotak berubah seratus delapan puluh derajat. Aku berniat ingin kuliah. Hal in tentunya diakibatkan oleh pergaulan kasarku dengan anak-anak kuliahan. Kebetulan saya membuka sebuah usaha kecil-kecilan (sampingan di malam hari) didepan sebuah kampus yang akhirnya mengenal seluruh mahasiswanya.
Dari dulu saya memang senang mengotak-atik barang-barang dikampung, hal inilah yang mendasari saya mengambil jurusan tehnik mesin di kampusku. Setiap hari aku pergi kuliah setelah siangnya bekerja, sementara usaha sampinganku akhirnya kututup. Uang kuliah aku usahakan mencarinya sendiri sementara tempat tinggal aku minta tolong pada teman-temanku untuk tinggal dikosan mereka dan sebagai gantinya aku rela mencuci baju dan memasak makanan mereka. sampai semester lima semuanya masih bisa diajak kompromi. Di kampung orang-orangpun mengacungkan jempol atas raihan yang aku buat. Memasuki semester enam dan seterusnya mulailah penyakit keuangan menggerogoti hidupku. Apalagi aku dipecat dari pekerjaanku.
Pusing dengan hidupku yang melarat dan kuliahku yang tersendat-sendat akupun berinisiatp keluar rumah untuk refresing. Memang kosan teman ku ini tidak jauh dari perkotaan jadi tinggal jalan lima menit sudah bisa sampai. Disinalah aku bertemu dengan Jina yang lama kelaman saya panggil sebagai tante Jina.
Merasa diriku baik atas perlakuan yang kuberikan padanya malam itu dengan membawanya kekontrakan temanku, ia pun menyerahkan sejumlah uang padaku sebagai imbalan perbuatanku dipagi harinya. Tapi pada saat itu walaupun saya mebutukan uang tapi saya menolak pemberian tante Jina. Lagi lagi karma perbuatan saya yang sok-sokan inilah membuat tante Jina semakin dekat dan percaya padaku. Hingga ia mau menceritakan keadaan rumah tangganya yang berantakan dengan suaminya yang pada akhirnya membawanya kejalan sesat dan dunia malam. Dari ceritanya ini pulalah saya dapatkan informasi bahwa ia adalah seorang wanita tajir. Katar tajir inilah yang menyihirku menjadi lelaki opportunis, yaitu memanfaatkan situasi tante Jina yang mengefan sama saya untuk mengambil kertas-kertas berharganya dari dompetnya sebagai uang kuliahku. Inilah awal scenario petualangan hidupku dimulai.
Setiap hari tante Jina mengunjungiku di kontrakan temanku, tidak lupa ia membawakan makanan yang banyak sekali setiap kunjunganya. Teman saya pun terkena imbas atas kemewahan yang tante Jina suguhkan pada kami. Tapi ternyata kedekatan yang telah kami jalani sangat tidak memuaskan dia. Hingga pada suatu hari ia berinisiatif untuk menjadikanku sebagai supir pribadinya. Ia pun membiayai saya untuk pelatihan menjadi seorang supir handal. Tak cukup hanya disitu ia juga menyewakanku sebuah tempat kos-kosan yang elit. Hal ini ia lakukan katanya atas rasa terima kasihnya padaku plus menjaga keintiman diantara kami sehingga tidak terganggu oleh pihak-pihak ketiga.
Setelah matang menyetir, aku pun berkewajiban mengantar tante Jina kemana pun ia mau. Mau kebioskop, ke rumah, kekantornya, salon, kolam renang , pantai hingga ke kamar mandi saya juga mengantarkanya. Kepada suaminya ia mengatakan bahwa aku hanyalah supir pribadinya, tak lebih dan aku bukan apa-apa baginya tapi saya tahu kenyataanya, aku tidak seperti yang ia katakana pada suaminya. Di dunia terlihat aku hanyalah sebagai supir pribadi tapi didunia tak terlihat aku merangkap sebagai teman hidup, teman kencan serta teman satu malam. Saya tahu bahwa tante Jina hanya sementara berada disisiku karna masalahlah ia jauh dari suami yang ia sangat cintai. Tapi diatas semua itu saya juga mengambil keuntungan dari posisinya juga untuk membiayai kuliahku yang tinggal beberapa semester lagi sama seperti dia mengambil keuntungan sesaat dariku. Intinya saya dan tante Jina hanyalah saling memanfaatkan situasi situasi kami berdua.
Perkiraanku benar. Hubungan antara majikan dan secret drivernya pun kandas di bulan ke sepuluh. Seiring dengan membaiknya hubungan tante Jina dengan suaminya. Sebagai tanda berakhirnya hubungan kami. Tante Jina menyerahkan cek dua puluh juta padaku dan ia berharap dengan cek itu dapat mengubah pardigma selama ini, serta sebagai sogok agar aku tak pernah mengganggu dirinya lagi. Tebak cerita selanjutnya? Aku menolak pemberian tante Jina. Bukan karena aku sok-sok an atau apalah tapi karena kuliahku sudah hampir ditahap akhir dan aku sudah cukup mapan untuk menutupinya karena skill menyupir yang tante Jina privatkan padaku. Selain itu karena aku juga sudah tau seluk beluk, kemolekan dan keindahan tante Jina, semuanya. Jadi saya rasa itu sudah cukup bagiku tanpa harus menerima cek yang ia berikan padaku. Terima kasih tante Jina…you are really hot!!
Setahun kemudian, setelah beberapa bulan saya lulus saya pun melamar pekerjaan dengan ijasah yang saya dapatkan…sekali lagi tebak apa yang terjadi!!!
Ternyata boss saya adalah tante Jina. Dan ternyata ia masih tetap mengenalku.. itu bisa berarti bahwa ia masih mengingat apa yang kami lakukan bersama di malam-malam itu.
Kira kira apa yang akan terjadi lagi?????? Kita tunggu saja tanggal mainya…
Salam secret driver!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H