[caption id="attachment_101577" align="alignleft" width="340" caption="illustrasi google.com"][/caption] Bukan hal yang mengejutkan jika seorang guru juga membutuhkan yang namanya pemasukan. Guru juga punya kehidupan tentunya, mereka punya istri, anak dan keluarga juga. Selain untuk berbagi ilmu dan pengetahuan professi guru juga dimanfaatkan sebagai sumber rejeki.
Terkadang (pendapat pribadi saya saja karena saya tak tahu persisi berapa yang mereka dapatkan) para guru juga membuka usaha sampingan yang tidak jauh dari qualifikasi utamanya. Salah satu usaha sampinganya adalah dengan menjadi guru les atau guru private. Menjadi guru seperti ini tentunya tak mengganggu aktifitas utama mereka yaitu mengajar disekolah. Dari segi timingnya menjadi guru les tentunya lebih fleksibel. Disesuaikan dengan waktu dari guru tersebut. Menurut pengalaman pribadi yang pernah menjadi guru les selama beberapa bulan. Penghasilan dari menjadi guru les ditentukan oleh jenis lesnya. Contohnya bila mata pelajarnya termasuk dalam kategori susah biasanya akan mendapatkan terima kasih yang besar pula. Selain itu menjadi guru les di tempat yang fixed, contohnya para siswa datang kesebuah tempat yang telah disediakan akan mendapat terima kasih lebih kecil dibandingkan dengan menjadi guru les yang langsung mendatangi para siswa kerumah mereka sendiri. Eksistensi para guru les/guru diluar sekolah saat ini sangatlah di butuhkan. Hal ini tentunya menjadi alternatif bagi para sebagian siswa untuk memenuhi ketidakpuasanya atau ketidakmengertianya dalam memahami pelajaran disekolahnya. Sekolah yang sifatnya formal berkemampuan membuat siswa seakan mendewakan para guru didepan kelasnya. Ini berujung pada enggannya para siswa untuk menanyakan sebuah pelajaran bila mereka kurang mengerti. Kadang siswa beranggapan bahwa sang gurulah itu adalah penentu nilai dari para siswa, hal ini mengakibatkan para siswa berupaya untuk cari muka bagaimana supaya siswa mendapatkan kesan baik dari sang guru. Sekolah juga memiliki limitasi dalam hal materi yang tentunya sudah disesuaikan dengan grade siswanya tapi pada kenyataanya sebagian materi tak sesuai dengan yang dibutuhkan siswa saat ini. Dengan adanya guru les atau private, keengganan siswa untuk bertanya pada sang guru tentunya tak mempunyai batas. begitu juga dengan materi ajarnya, apa yang belum didapatkan disekolah bisa dicover dengan adanya guru private ini. Sejauh sang siswa mampu dan waktunya memadai maka sang guru bisa saja memberikan penjelasan atas pertanyaan sang siswa. Kesan dekat dengan gurupun semakin terlihat disini hal ini berakibat pada enjoynya siswa dalam menyerap materi dan berujung pada pemahamanya dalam materi yang diajarkan. Dari segi kemampuan yang diterima sang siswa maka guru les sangatlah very needed tapi bukan berarti menjalani profesi ini tak mempunyai kosequensi/ bisa dikatakan sebagai sisi tak sedapnya (guru les yang mendatangi siswanya). Kebetulan kemarin saya berjumpa seorang Wanita yang menekuni profesi seperti ini, tepatnya mata pelajaran yang ia sanggupi adalah bahasa inggris. Wanita itu setiap harinya datang kerumah disamping kosan saya sesuai dengan perjanjian dengan sang siswa atau orang tuanya. Disinilah saya merasa kasihan pada beliau, ia sudah lama berdiri didepan pintu rumah sang siswa sambil mengucapkan salam tapi sang siswa dan yang empunya rumah juga seakan tak memberi kabar dari dalam. Sebenarnya saya tahu bahwa sang pemilik rumah dan keluarganya ada didalam rumah tapi kenapa mereka tak menghiraukanya yah? Seolah-olah beliau adalah pengemis. Bukannya langsung pergi atau kesal dengan tindakan yang wanita itu dapatkan, ia malah menunggu dengan sabarnya hingga pintu rumah dibukakan. Berapalah uang yang ia dapatkan dari hasil mengeles sehari itu? Bila dibandingkan dengan waktunya yang menungggu dengan sabar untuk si siswa tak sebanding saya kira. Tapi tetap saja ia keukeh untuk sabar. Intinya yang saya dapatkan dari pengalaman ini adalah betapa tak berharganya beliau dimata orang tua atau si siswa itu. Seakan akan sang wanita itulah yang lebih penting dari pada sang siswa. "kalau butuh duit yah bersabar dikit dong" mungkin itulah dalam benak mereka. Ini hanyalah segelimpang cerita dari dunia guru. Tapi itulah salutnya untuk para guru, banyak tantangan tapi tetap saja banyak orang dengan tulusnya mau mengabdi dalam professi ini. Salut untuk mereka semua yang mendedikasikan dirinya sepenuhnya demi pendidikan bangsa ini. Kalau tak ada mereka mau kemana kita dan generasi kita ini?? Salam guru!!! Salam sayang,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H