[caption id="attachment_91096" align="alignleft" width="300" caption="illustrasi"][/caption] 'Ngaku orang Batak tapi tak tahu bahasanya'
Ini adalah sebuah pernyataan singkat dari seorang penatua di gereja kami beberapa bulan yang lalu kepada salah seorang rekan saya yang bermarga Nainggolan yang hadir kembali dalam ingatanku kemarin.
Sudah sewajarnya memang setiap orang yang memiliki ikatan dengan adat dan istiadat sebuah suku harus mengetahui bahasa daerah suku tersebut. Contohnya saja ada orang kita jawa, pastinya ia sedikit banyak akan mengenal adat dan budaya yang ia pegang bukan hanya itu ia juga harus mengetahui bahasa daerahnya sendiri dalam hal ini seumpama adalah bahasa jawa.
Logikanya memang seperti itu bukan?? Menurut saya orang yang tahu bahasa daerahnya sendiri sudah sedikit menghormati budaya yang ia pegang serta sudah berusaha untuk menjaga serta melestarikan keutuhan budayanya. Nah bagaimana kalau tidak? Yah tentunya suatu hal yang bisa dibilang agak rancu dan kurang baiklah.
Nah inilah yang mungkin mendasari pernyataan bapak yang kebetulan bermarga Simatupang kepada teman saya itu perihal ketidak bisaan teman saya dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah.
Berkaca pada permasalahan (apakah itu masalah?, kita anggap saja ia) teman saya tadi yang notabenenya orang batak tapi tak tahu bahasa batak tentunya disebabkan oleh beberapa hal. Tapi sebelumnya malu-kah kita bila seperti itu??
Menurut ceritanya ayah dan ibunya memang orang batak toba dan memang bisa menggunakan bahasa daerahnya dengan baik. Lantas kenapa sang anak tak bisa??
Tak jarang orang pergi dari daerahnya sendiri menuju daerah orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik ataupun hanya sekedar mencari pengalaman tambahan, merantau. Tak disangka dan diduga, ditempat baru itupulalah terkadang kita membangun sebuah hubungan yang akhirnya berujung menjadi yang disebut dengan rumah tangga atau keluarga. Anak-anakpun tumbuh dan berkembang di tanah yang baru itu dan mereka (anak-anak) justru malah cenderung untuk mengikuti sosialisasi dengan daerah tersebut dan sedikit mengesampingkan budaya aslinya (budaya yang dibawa oleh orang tuanya).
Jadi bisa ditebak sebagai sebuah jawaban, mengapa seseorang tak bisa menggunakan bahasa daerahnya sendiri. Padahal bahasa daerah itu adalah sebagai identitas kita. Benar, memang karena pergaulan kita dengan orang lain (contohnya yang bukan se suku dengan kita dan juga daerah sosialisasinya tak tepat) bisa membuat seseorang tak bisa berekplorasi dalam mengenal serta memahami budaya dan bahasa daerahanya sendiri. Contohnya saja teman saya itu, ia lahir di Lampung dan bersekolah di sana. Kebanyakan teman-temanya pastinya adalah orang lampung, nah jadi untuk bisa berhubungan dengan mereka (temanya orang lampung tadi) tak ada pilihan lain kecuali menggunakan bahasa indonesia sementara bahasa daerahnya sendiri dalam hal ini batak sama sekali tak digubris, nggak mungkinkan dia mengenal bahasa daerahnya (batak) dari orang lain yang bukan orang batak.
Berdasarkan cerita teman saya itu juga bahwa memang dirumahpun kedua orang tuanya cenderung menggunakan bahasa indonesia untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain. Komunikasi dengan bahasa daerah hanya digunakan oleh sang ayah dan ibu saja. Nah hal ini pulah yang menurut saya yang memperburuk keadaan, bagaimana mungkin sang anak tahu bahasa daerahnya bila orang tuanya saja tak mengajarinya. Bukan bermaksud tuk menyalahkan orang tuanya. Diperparah lagi karena mungkin tingkat keingin tahuan si anak untuk mengenal bahasa daerhnya juga agak sedikit minim. Karena tak jarang anak-anak sekarang banyak yang beranggapan bahwa bahasa daerah itu kampungan.
Apa jadinya bila kita tak mengenal bahasa daerah kita??