illustrasi google.com
Tak disangka dan tak diduga syukuran yang diadakan oleh tetanggaku beberapa hari yang lalu mengingatkanku pada suatu kegiatan dan kebiasaan diwaktu ada sebuah kemalangan dikampungku. Dipagi hari seperti biasa saya membukakan jendela belakang tuk mendapatkan udara segar yang sudah berdesak-desakan mau masuk keruangan rumahku. Disaat inilah aku melihat tiga orang bapak-bapak sedang duduk membentuk lingkaran sekaligus sibuk dengan tangan kirinya yang memegang seperti karton tipis berukuran yang sama. Setelah saya perhatikan dengan seksama, ternyata karton yang mereka pegang tersebut adalah kartu domino. Sudah ketebakkan mereka sedang melakukan apa??? good then!!
Sudah menjadi kebiasaan dikampungku bahwa bila ada yang meninggal dunia maka banyak masyarakat akan berbondong-bondong untuk menemani sekaligus menghibur keluarga yang ditinggalkan. Nah biasanya orang yang meninggal itu akan dikuburkan tiga hari setelah kematianya. Ini biasanya diperlakukan bagi mereka yang memang sudah sayur matua (sayur matua berarti anaknya sudah menikah semua, atau salah satu dari anak laki-laki dan perempuanya sudah menikah). Pada umumnya orang kebanyakan melayat pada siang hari sementara pada malam hari sangatlah sepi paling-paling pihak keluarga yang berkemalangan saja tinggal di rumah duka itu. Nah mungkin karena alasan inilah pada awalnya muncul trend atau kebiasaan “melek-melekan”. Melek-melekan diartikan sebagai tak tidur, posisi mata tetap terbuka terus hingga malam kembali berganti menjadi siang. Kebiasaan melak-melekan ini dikampung saya dilakukan untuk menemani dan menghargai para keluarga yang sedang berduka. Selain itu aktifitas ini juga dilakukan secara tidak langsung untuk menjaga barang-barang berharga dari perilaku orang-orang yang ingin mengambil kesempatan dari keadaan ini. Tapi utamanya adalah untuk menemani para kerabat keluarga. Bayangkan bila hanya keluarga sendirilah yang tinggal dirumah duka dimalam harinya, agak ngeri bukan? Nah mungkin karena itulah kebiasaan melek-melekan dilaksanakan.
Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang mereka (orang yang mengikuti melek-melekan) lakukan untuk membuat mata mereka tetap melek????
Biasanya kebiasaan melak-melakan ini hanya terjadi dimalam pertama dan kedua kematian saja sementara dimalam ketiga tidak, Karena dimalam ketiga akan ada prosesi adat yang akan dilakukan oleh pihak keluarga ataupun untuk kebaktian singkat. Biasanya prosesi adat ini diiringi dengan music yang lengkap, keyboard, gendang, seruling bahkan band. Yang dilakukan biasanya pada melek-melakan ini adalah kegiatan berjudi. Tapi ada waktunya lho!!! Biasanya ini akan dimulai menjelang tengah malam, sekitar jam sepuluhan. Dengan berjudi, malam yang panjang seakan makin terasa pendek. Beragam judi tentunya dikerjakan disini, biasanya judi yang sering dilakukan adalah Lesset atau sering disebut sebagai kartu domino, mar-joker dan mar-leng (dengan menggunakan kartu joker). Nah ada juga yang bermain catur juga. Ada taruhanya nggak?? Kalau soal masalah taruhan saya kurang tahu menahu soal ini, tapi saya yakin mereka pasti memasang taruhan sebagai penyemangat saja, istilahnya biar nggak asal jalan kartunya. tak lengkap rasanya bila kegiatan ini tak ditemani oleh makanan dan minuman,bukan? makanya biasanya tuan rumah akan selalu menyediakan berbagai minuman dan makanan ringan untuk para melek-melekers ini, yah hitung-hitung sebagai terima kasih.
Ketika siang hari sudah datang dan matahari telah terbit maka dengan sendirinya kegiatan melek-melekan inipun akan usai juga tanpa ada yang mengkoordinir atau membubarkanya. Semua jejakpun akan dilenyapkan. Jadi dapat diartikan bahwa berjudi hanyalah sebagai pengalih saja, agak malam tak terasa membosankan. inilah kebiasaan yang sering saya temukan di kampung halaman saja. seperti yang saya ceritakan diatas bahwa kegiatan ini biasanya hanya diadakan bila ada kematian saja bukan pada pesta pernikahan atau pesta-pesta yang lainya. Setidaknya itu dilakukan ditempat orang tua saya tinggal.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sedikit info kepada anda semua,..semoga saja.
Salam melek,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H