Mohon tunggu...
Tonnly Mejuah Juah
Tonnly Mejuah Juah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

AAL IZZ WELL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dipermalukan Diri Sendiri…..

14 Juli 2010   00:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:53 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_192002" align="alignleft" width="166" caption="illustrasi google.com"][/caption]

Tidak bermaksud untuk menggurui orang lain tapi hanya ingin sekedar share apa yang ada dibenak saya.

Dua hari yang lalu salah seorang teman saya, sebut saja A memasang sebuah status di dalam akun facebooknya. Kebetulan kali ini statusnya di buat dalam bahasa inggris. Tak lama setelah itu, salah seorang seorang teman, sebut B yang kebetulan agak sedikit ngerti seluk-beluk bahasa inggris langsung memasang comment pada akun si A. Kali ini kommentnya bukan menyangkut tanggappannya atas status si A tapi malah mempertanyakan kembali kebenaran struktur kalimat status si A. Dengan secara tidak langsung ia mengklaim bahwa kalimat tersebut salah. Gini lho seharusnya kalimat kamu.

Merasa sedikit ragu dengan apa yang ditulis oleh teman saya, A pun berinisiatif mencek kembali apa yang telah ia tuliskan. Usut punya usut, ternyata tidak ada masalah. Malah apa yang dituliskan si A lah yang benar sementara tulisan sang kommentor (B) kurang benar.

………………………………………………………………………………………………

Terkadang memang kita cenderung menghakimi sesuatu, mengatakan bahwa itu salah, ini salah dan seharusnya inilah yang benar tanpa mengecek kebenaranya terlebih dahulu. Tapi pada kenyataanya ternyata kitalah yang salah. Secara tidak langsung, dengan bertindak demikian bukankah kita telah berusaha untuk mempermalukan diri kita sendiri? Atau bahkan membuka aib sendiri, dalam artian kita berlagak bahwa kita lebih tahu, paham akan sesuatu tapi pada hakikatnya tidak.

Tidak dipungkiri banyak manusia yang berperilaku demikian termasuk saya, tampil dipanggung, bersuara lantang, dan dengan PDnya mengutarakan pendapat pribadinya yang belum teruji kebenaranya dan akibatnya kita harus menjilat air liur sendiri karena kecerobohan kita tentunya.

Nah apa yang menyebabkan kita seperti ini?

dikaitkan dengan cerita saya diatas, sebenarnya ada beberapa alasan orangbertindak seperti itu .yang pertama adalah karena kurangnya pengalaman atau pengetahuan, contoh: seandainya si komentator punya segudang pengalaman dan pengetahuan maka tentunya si komentator (B)tidak akan mempermalukan diri sendiri lewat comment yang kurang benar. Ia pasti tau bahwa itu benar dan inilah yang salah. Alasan yang kedua adalah tidak mau dipandang rendah, tidak mau mengakui kelemahan sendiri, selalu ingin menang sendiri. Pura pura tau padahal tidak tau. Jadinya senjata makan tuan kan. Kemudian ingin terlihat seperti hero kesiangan. Menggurui.

Apakah yang kita dapatkan dari sini?

Menurut pendapat saya pribadi, dari pengalaman pribadi teman saya ini kita mendapatkan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Apa itu?

Yang pertama: Pikirkan matang matang terlebih dahulu apa yang hendak dikatakan ataupun lakukan. Istilah kerenya Jilat lidah sebelum bicara.

Yang kedua: Jangan merasa selalu menjadi No 1. diatas langit masih ada langit.

Yang ketiga: perbanyaklah belajar, saya juga, berbicara sesuai dengan Fakta, Bila ada, suguhkan dengan beberapa bukti didalamnya.

Dan yang paling penting itu adalah bila kita berani mengkritik maka kita harus sudah siap untuk dikritik. Kritikan yang bagus adalah kritikan yang membangun, yang membuat orang mengerti kesalahanya dan berubah menjadi lebih baik bukanya kritikan yang membuat orang down, jera atau kritikan yang didasari rasa iri semata. Ingat bila anda iri hati berarti anda tidak lebih baik dari orang yang anda irikan tapi sebaliknya.

Tulisan ini adalah berdasarkan sudut pandang saya semata. Tidak terlepas dari kesalahan pula. So I am ready for correction…….

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun