Mohon tunggu...
Siti Meiyana Arafah
Siti Meiyana Arafah Mohon Tunggu... -

PR & Media Relation Consultant, People Development, Penulis & Social Life Observer

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

I am a Boss

13 Oktober 2010   17:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:27 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Rese itu Boss, otoriter banget sih!! Mau menang sendiri, seenak jidatnya. Sok kuasa...waduh...lengkap sudah title buat si Boss. Seperti itukah Boss anda? atau anda yang merasa Boss? Ada aturan yang berlaku bahwa : Rule No.1 Boss always Right artinya boss selalu benar!! Bagaimana jika boss salah? maka kembali ke aturan No. 1 !! Mmmm...aturan ini tidak selamanya bisa dipergunakan. Jika dipergunakan hanya untuk beberapa hal yang tidak bisa dikompromi, seperti integrity, loyalty dan aturan2 baku yang berkaitan dengan norma-norma hukum yang berlaku. Lalu aturan seperti apa yang bisa membuat rule no 1 tidak berlaku? Boss adalah manusia biasa yang juga memiliki kelemahan. Dimana Boss juga bisa melakukan kesalahan dalam bertindak atau memutuskan sesuatu hal. Namun apakah semua Boss mau menyadari itu??? Mau merubah sikap bossy-nya...kembali kepada personalnya. Menjadi Boss adalah bakat yang luar biasa, dimana dia memiliki kemampuan menjadi pemimpin, menjadi seorang yang didengar dan dicontoh setiap ucapan, perilaku dan tindakannya. Positif atau negatif dia? Idealnya semua bawahan menginginkan pemimpin yang bisa mengayomi anak buahnya, bijaksana dan mampu menjadi pendengar dan membantu memecahkan solusi yang terjadi. Namun pada kenyataannya masih banyak orang-orang yang merasa menjadi pemimpin mempergunakan kesempatan posisi ini sebagai sarana untuk unjuk gigi...I am a Boss ,lho!!! Menindas bawahan, semena-mena dalam mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan baik buruk dan parahnya apabila disertai unsur subyektif. Sebutlah A bekerja pada perusahaaan dimana boss B menjadi pimpinan pada bagian dimana secara struktural A tidak ada kaitan pekerjaan dengan B. Namun B memiliki kekuasaan untuk membuat keputusan memberhentikan bawahan jika B merasa tidak puas atau senang dengan bawahan yang seharusnya bukan masuk diwilayah kerjanya. A memiliki boss sebut saja C yang merupakan atasan langsung dari A. Dari sisi pekerjaan C merasa A sudah melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diharapkan C. Namun B merasa A tidak memenuhi standar kerja yang diharapkan perusahaan. Alhasil B bisa memutuskan bahwa A tidak bisa lagi bekerja pada perusahaan tanpa mempertimbangkan lagi masukan-masukan dari C mengenai kualitas kerja A. Bukan lagi pertimbangan obyektif tapi mengarah kepada subyektif dalam memutuskan sesuatu. Siapapun tidak bisa berbuat apapun jika yang terjadi adalah ‘I am a Boss!!’ Ilustrasi diatas tentunya masih bisa kita temui di perusahaan-perusahaan yang masih menganggap karyawan atau bawahan bukanlah aset dan masih berpola kepada masih banyak orang yang ingin bekerja, sehingga jika mendapatkan karyawan atau bawahan yang tidak seperti yang diharapkan atau belum mampu mengikuti ritme perusahaan. Melakukan hal yang berlawanan dengan perusahaan terutama sang Boss, maka hukum dislike or like yang berlaku. Bukan lagi kepada profesional kerja. So...jika anda menemukan Boss atau perusahaan seperti ini, cobalah berkompromi dan mengusahakan pendekatan persuasif. Mengalah untuk menghasilkan solusi yang terbaik. Perlu diingat jika segala usaha sudah dilakukan dan tidak membawa hasil tentunya anda tidak perlu menanggalkan harga diri untuk bertahan bekerja di perusahaan yang sudah tidak membuat anda nyaman. Karena bukan prestasi yang anda buat tapi kinerja kerja yang buruk yang akan anda lakukan. Perusahaan pun akan tetap memperlakukan metode yang sama jika masih dipimpin oleh orang yang sama. Jika Boss menginginkan perusahaan berkembang tentunya metode kepemimpinan harus dirubah dengan kepemimpinan yang profesional. Menggunakan kekuasaan sesuai dengan bidang dan porsinya. Perusahaan berkembang pesat dan sukses terjadi karena dipimpin oleh orang-orang yang menganggap bahwa karyawan adalah aset dan memperlakukan karyawan dengan selayak dan seharusnya. Sesuai dengan porsinya dan tidak lupa selalu memberikan reward kepada yang dianggap memberikan kontribusi besar kepada perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan mencerminkan bagaimana para pemimpin dan team-nya saling bersinergi. So...being Boss its only Title but most important its Personality....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun