Mohon tunggu...
Mei Wulandarizqy
Mei Wulandarizqy Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Masih dalam usaha menggapai semua impian :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Adek Cerdas, Suka Ngoceh

15 Juni 2014   04:51 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:41 5927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jika kita melihat dedek bayi yang sedang mengoceh itu gemesnya minta ampun. Bagaimana gak ngegemesin coba? Mereka berusaha untuk berbicara, mengungkapkan perasaan mereka tetapi susah untuk mengeluarkannya. Sering saya mendengar dari orang-orang bahwa dedek bayi yang suka mengoceh atau sering sekali mengoceh menandakan kalau bayi tersebut cerdas. Dengan mengoceh mereka mencoba untuk menunjukkan kemampuan mereka. Menurut penelitian di Amerika juga seperti itu. Patricia Kuhl, Direktur Departemen Speech and Hearing University of Washington, menurut penelitiannya jika bayi sedang mengoceh berarti bayi tersebut berlatih membangun fondasi berbahasa.

Mengoceh juga menunjukkan kecerdasan si dedek bayi. Karena dedek bayi sedang mentransformasikan suara atau kata-kata yang didengarnya untuk diselaraskan dengan kemampuan bicaranya. Hal itu bukanlah hal yang mudah, karenanya perlu sering terjadi interaksi antara orang-orang sekitar terutama orangtua dengan dedek bayi tersebut. Menurut soejatmiko perkembangan kemampuan bayi terdiri dari beberapa tahap, diantaranya adalah..

1.Dedek bayi usia 0-3 bulan mulai bisa mendengarkan suara dan mampu mengikuti arah suara tersebut.

2.Dedek bayi usia 3-6 bulan sudah mampu memandang orang yang berbicara dengannya, bahkan sudah mengeluarkan suara-suara bahkan sudah mampu untuk tertawa.

3.Dedek bayi usia 6-8 bulan sudah mampu berkata tetapi hanya satu suku kata saja.

4.Dedek bayi umur 8-10 bulan sudah mampu mengucap kata secara bersambung.

5.Dedek bayi umur 10-13 bulan sudah mampu mengucapka satu kata dengan jelas.

Tapi dari semua tahap kemampuan bayi tersebut akan bisa dilakukan oleh bayi apabila lingkungan sekitar juga mampu mendukung si dedek bayi untuk berbicara. Orangtua harus sering-sering berbicara dengan si bayi. Apabila bayi sedang mengoceh, ibu ataupun ayah harus merespon ocehan si bayi untuk merangsang si bayi tersebut melontarkan ocehannya. Meskipun ocehan si bayi tidak dapat didengarkan dengan jelas apa mau si bayi, apa maksud dari si bayi tersebut, orangtua harus tetap merespon ocehan si bayi. Secara bertahap orangtua harus melatih si dedekbayi untuk berbicara tanpa harus memaksakannya.

Ayah atau ibu dapat melatihnya dengan mengajak si bayi berbicara, bermain, bahkan sang ayah atau ibu juga bisa mengungkapkan perasaannya kepada sang bayi. Kata-kata yang terucap haruslah kata-kata yang positif karena kata-kata tersebut akan membekas pada ingatan si bayi. Seorang ayah atau ibu bahkan orang-orang disekitar dalam mengajak sang bayi berbicara harus dengan menggunakan suara yang jelas, agar sang bayi juga mampu berbicara jelas pada saat dia berkembang menjadi anak-anak. Orangtua juga bisa mengajaknya berbicara dengan anak kecil lain yang sudah mampu berbicara dengan jelas. Dedek bayi juga harus sering dipuji agar kata-kata baik mampu melekat dalam diri sang dedek bayi.

Akan tetapi orangtua tidak seharusnya mengajak dedek bayi untuk berbicara karena akan membuat dedek bayi merasa bosan, dan bisa diajak untuk jalan-jalan, berinteraksi dengan orang luar, dan kegiatan yang lain. Akan tetapi mengoceh bukan satu-satunya hal untuk mengukur kecerdasan seorang anak. Dengan mengoceh, bayi mampu merangsang kecerdasan-kecerdasan yang lainnya. Karena kecerdasan itu bersifat kompleks. Sekian coretan dari saya, semoga dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Terima kasih sobat, Wassalamu’alaikum…. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun