Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Memberdayakan Gulma Terburuk untuk Mendulang Rupiah

10 Juni 2016   15:55 Diperbarui: 10 Juni 2016   16:04 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut data dari greenpeace.org, sungai citarum mengalir dari hulunya di Gunung wayang selatan kota Bandung mengalir ke utara dan bermuara di laut jawa. Citarum menyuplai air untuk kebutuhan penghidupan 28 Juta masyarakat. Sungai ini merupakan sumber air minum untuk masyarakat di Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung. Dengan panjang sekitar 269 km mengaliri areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 hektar.

Citarum, sungai terpanjang dan terbesar di provinsi Jawa barat, ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat disekitarnya. Pemanfaatan sungai Citarum sangat bervariasi dari hulu hingga hilir dari yang memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, pertanian, peternakan dan Industri. Dengan perkembangan industri di Sepanjang DAS citarum dan tidak terkelolanya limbah industri merupakan salah satu penyebab pencemaran sungai. Selain, banyaknya rumah tangga yang membuang sampahnya di sungai Citarum.

Tanaman Enceng Gondok merupakan tanaman yang disebut gulma dengan biaya pengelolaan jutaan dollar dan gulma terburuk banyak memenuhi sungai citarum. Tanaman enceng gondok tumbuh lebih pesat pada perairan yang banyak sampah. Eceng gondok juga memberikan pengaruh terhadap perairan lingkungan sekitarnya, diantaranya adalah dapat menghambat lancarnya arus air, mempercepat proses pendangkalan karena ia memiliki kemampuan untuk menahan partikel-partikel yang terdapat dalam air, menyuburkan perairan dengan sampah-sampah organiknya sehinga memungkinkan tumbuhnya tanaman lain dan merupakan sarang dari berbagai penyakit, seperti nyamuk.

Siang hari Rabu di awal bulan Juni yang terik itu, setelah angkot-angkotan, nyambung ojek dan berjalan kaki, aku tiba di bengkel kreatif milik Pak Indra di Kampung Babakan Desa Cihampelas Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Di sana masih tersisa keramaian acara yang sudah dimulai sejak pukul 8 pagi tadi.

Acara bertajuk Selamatkan Citarum dengan Industri Kreatif ini berisikan talkshow, peresmian TBM Bening Saguling, peluncuran program green school, dan workshop pembuatan kerajinan tangan dari enceng gondok. Acara ini merupakan acara pelibatan masyarakat bidang ekonomi yang diselenggarakan oleh TBM Asy Syifa Pembangunan dan disponsori oleh Smartfren.

“Mbak Meta, dari mana aja? Aku dari tadi sendirian.” Kata Teh Siska, relawan TBM Asy Syifa Pembangunan.

Aku memamerkan senyumku. “Ih, aku ngeburuh dulu. Udah selesai yah acaranya?”

“Udah…” jawabnya. “Talkshownya udah selesai, peluncuran program green school nya udah, peresmian TBMnya juga udah….”

“Udah selesai donk acaranya?” tanyaku polos.

“Udah…” jawab Teh Siska lagi. “Ngapain Mbak kesini?”

Aku lalu tersenyum lagi. Habis gimana dong, ini hari Rabu gitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun