“Ini, antibiotikanya diminumnya 3 kali sehari yah…” kataku pada seorang pasien anak. “Jadi diminumnya jam 5 pagi, jam 1 siang, dan jam 9 malam.”
“Tapi dia puasa, Neng.” Kata ibunya. “Antibiotikanya diminum 2 kali aja yah?”
“Gak bisa ibu, antibiotika itu bukan obat penurun panas…” kataku. “Antibiotika harus diminum teratur di jamnya…”
Panjang lebar lalu aku menjelaskan cara kerja si antibitika dan akibat bila tidak meminumnya secara teratur.
“Ih, si Eneng mah bikin serem aja. Ya jangan sampe kejadian atuh Neng.” Kata si ibu.
“Makanya obatnya diminum teratur, Ibu. Kan anaknya juga masih kecil. Belum wajib puasa.” Kataku nyeplos.
“Ya kan anak-anak juga harus latihan puasa.” Kata si Ibu membela diri.
“Kan anaknya lagi sakit, Bu.” Kataku. “Dia harus makan cukup juga supaya pemulihannya cepat.”
Ibu itu lalu mengiyakan kata-kataku dan segera pergi dari situ. Aku menghembuskan nafas dengan cepat dan tiba-tiba dokter mengatakan sesuatu dari belakang.
“Kamu teh puasa banyak-banyak istigfar, Ceu,” Katanya. “Jangan ngomel-ngomel mulu. Cepet laper ntar.”
“Atuh Dok…” kataku mau membela diri. “Ah, kayak yang Dokter bisa puasa ngomel juga.”