Aku terkekeh ketika membaca iklan sebuah perusahaan makanan siap saji di Facebook. Tanggal 6 lalu, perusahaan makanan itu memberikan paket makanan (yang terdiri dari nasi, lauk, dan minuman) gratis untuk dokter dan perawat.Â
Salah satu komentarnya berbunyi, "Revisi lagi donk, Min. Kami petugas farmasi juga berperan di garda depan melayani pasien. Bukan hanya perawat dan dokter."
Aku, sebagai orang yang pernah bekerja menjadi petugas farmasi, merasa gimana gitu membacanya. Memang profesi dokter dan perawat lebih terlihat oleh pasien dan orang awam daripada petugas farmasi. Tapi ada orang yang menyampaikan itu di publik rasanya lucu.
Pagi tadi, teman yang menjadi petugas farmasi di IGD rumah sakit bercerita bahwa suasana rumah sakit tempatnya bekerja seperti ketika sedang libur lebaran. Ruang praktek dokter ditutup. Semua pasien yang berobat masuk lewat IGD.Â
Pasalnya, setelah dilakukan rapid test covid 19, banyak dari petugas RS yang dinyatakan positif terinfeksi covid 19. Dari farmasi saja, ada 12 orang. Temanku juga bercerita bahwa perawat dan dokter sering mendapat makanan dan vitamin tapi dia dan petugas lainnya tidak.
Selain petugas farmasi, yang terlupakan lainnya adalah petugas radiologi. Menurut temanku lagi, padahal petugas radiologi menjadi sibuk belakangan ini karena banyaknya permintaan scan paru-paru.
Aku jadi ingat kutipan buku Ambivert yang baru dikeluarkan oleh Buku Mojok: Bagaimana sih, rasanya jadi pekerja keras tapi tidak pernah dibayar setimpal? Nggak usah membicarakan bayaran jika dirasa berat. Memikirkan soal apresiasi saja sulit.
Siang tadi melihat di akun Twitter Royal Pharmaceutical Society (ikatan apoteker dan petugas farmasi di Britania Raya) mengatakan bahwa petugas farmasi mendapat surat dari Jo Churchill, Minister for Public Health, Primary Care, and Prevention (setingkat menteri di Indonesia).Â
Isinya adalah ucapan terima kasih atas peran dan komitmen petugas farmasi pada pasien dan masyarakat. Bukan hanya petugas farmasi yang bekerja di RS tapi juga petugas farmasi yang bekerja di apotek.
Memang suratnya adalah surat terbuka. Profesi kesehatan lain juga mungkin mendapatkan surat yang serupa. Walaupun jelas bukan copy paste. Karena dalam surat tersebut, Jo Churchill juga menyampaikan apa saja kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk petugas farmasi.