Mari berkenalan dengan 3 kawan belia kita: Namira, murid pindahan dari Riau; Vedi, yang dipanggil Si Makhluk Planet karen suka dengan astronomi; serta Jani, Sang Princess yang cantik dan pintar. Ketiganya merupakan siswa SD Baruna Vidya Jakarta yang menyebut diri mereka Creepy Case Club. Mereka bertiga adalah tokoh dalam serial novel yang ditulis oleh Rizal Iwan dan diterbitkan oleh Penerbit Kiddo KPG. Ketiganya berkutat untuk menyelesaikan kasus-kasus yang melibatkan makhluk-makhluk supranatural.
Pertanyaanku ketika mulai membaca seri pertamanya yang berjudul Kasus Nyanyian Berhantu: kok mereka nggak takut ya?
Sedikit aku ceritakan Kasus Nyanyian Berhantu. Namira, yang baru pindah dari Riau, diolok-olok temannya ketika menyanyikan lagu Soleram untuk tugas sekolahnya. Kata temannya, lagu Soleram adalah lagu pemanggil hantu. Namira yang tidak percaya pada olok-olok tersebut kemudian mencoba menyanyikan lagu Soleram pada dini hari.
Awalnya, tidak ada yang terjadi pada Namira tapi kemudian Namira mengalami banyak hal aneh. Seperti tiba-tiba buku PR Namira yang hilang dan berganti menjadi rambut yang basah, buku PR yang ditemukan di rak boneka dan ganti boneka Maleficent yang menghilang, dan ada bayangan-bayangan yang membuat merinding. Akhirnya, Namira mencoba memecahkan misteri keanehan yang dialami Namira dibantu Vedi dan Jani.
Sepertinya, kalau aku yang mengalami hal-hal yang dialami oleh Namira, aku akan depresi. Bahkan untuk mencoba menyanyikan lagu Soleram pada dini hari saja aku akan berfikir ribuan kali.
Buku ini sebenarnya mengingatkan pada serial Lockwood & Co yang ditulis oleh Jonathan Stroud. Tidak sama persis sih. Kalau di dunia yang dibangun di novel Lockwood & Co, memang anak-anak berlomba-lomba untuk bisa menjadi 'pemburu hantu' karena itu pekerjaan keren dan tidak bisa dilakukan oleh orang dewasa. Sedangkan dunia dalam Creepy Case Club ini, sama dengan dunia yang kita huni.
Kak Rizal Iwan mengatakan bahwa beliau menulis serial ini karena kerinduannya pada buku-buku detektif remaja, seperti Lima Sekawan dan Trio Detektif, yang menemani masa kecilnya. Namun dengan modifikasi yang melibatkan hantu sungguhan. Kalau di ceritanya Trio Detektif kan Alfred Hitchock-nya tidak suka dengan penjelasan yang berbau mistis.
Aku sadar, tidak semua orang pengecut seperti aku. Banyak orang yang sedemikan beraninya untuk menantang dunia. Mungkin anak-anak Creepy Case Club ya seperti itu. Bayangkan saja. Anak-anak ini setelah mengalami kejadian yang 'ajaib' mereka masih bisa bernafas dan bercerita keesokan harinya.
Awalnya, aku sempat agak ragu. Aku berani bacanya nggak ya? Walaupun ini buku anak-anak, sih. Tapi kan berhantu.
Pada akhirnya, aku berhasil menyelesaikan ke 3 buku ini. Aku membacanya siang hari. Meskipun ya, meskipun aku, yang biasanya solat subuh di ruang depan, sekarang kalau solat subuh nyempil-nyempil di antara tembok kamar dan kasur. Jadi suka merinding, Cuy.
Aku juga yakin, sih, tidak semua anak sepemberani Namira dan kawan-kawan. Ini kalau anak-anak yang baca bakal memberikan efek traumatis kayak aku nggak sih? Kan kasihan orangtuanya kalau habis baca buku, anaknya malah nggak berani ngapa-ngapain sendirian.