Intinya sih, nggak semua buku yang kita baca itu mampu mendorong kita untuk menulis. Jadi, jangan memperrumit hidup orang yang suka membaca tetapi tidak suka menulis. Apalagi sampai menyuruh orang menjadi penjual buku kalau tidak memberi uang modal.
Lagi pula, bukan hanya penulis dan penjual buku yang harus suka membaca. Jadi guru, misalnya, itu harus menjadi pembaca buku yang setia. Apalagi menjadi guru TK atau guru SD yang berhadapan dengan murid-murid yang rasa ingin tahunya besar. Menjadi pekerja di pabrik pun harus mau membaca, kan? Masak enggak?
Nggak masalah kok orang suka membaca novel untuk hiburan. Membaca cerita lucu sebagai pelipur lara setelah dijahati oleh teman. Membaca sebagai pengantar tidur setelah melalui hari-hari yang melelahkan. Kadang, membaca cerita-cerita dalam buku itu bisa menawarkan sudut pandang yang lain daripada yang biasa kita lihat. Sehingga, kita bisa memperluas wawasan kita.
Misalnya, dengan membaca buku Astrofisika untuk Orang Sibuk kita dituntun oleh penulisnya untuk memaknai astrofisika secara lebih luas. Astrofisika bukan hanya ilmu untuk astronot maupun orang-orang yang bekerja sebagai ilmuwan astronomi. Kita sebagai manusia biasa, juga perlu tahu tentang ilmu astrofisika (sekadar tahu juga nggak apa-apa)sehingga kita bisa bersikap lebih kuat dan bijaksana dalam menghadapi permasalahan hidup. Tentang bagaimana hubungannya, silakan baca bukunya sendiri, yah.
Buat aku, membaca itu kemampuan dasar manusia masa kini. Enggak harus hobi membaca buku, tapi manusia harus mampu membaca dan memilah informasi yang bertebaran di dunia luna nyata maupun maya. Manusia harus mampu membaca kondisi lingkungan sekitarnya. Jangan lupa juga kepekaan untuk mampu membaca perasaan dan pikiran pasangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H