Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Andai Mochtar Lubis Menyampaikan Pidato "Manusia Indonesia" Hari Ini

18 Oktober 2019   12:15 Diperbarui: 18 Oktober 2019   12:14 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tampilan buku 'Manusia Indonesia' di iPusnas (gambar latar didapat dan di-edit menggunakan aplikasi Canva)

Empat puluh dua tahun yang lalu, Mochtar Lubis memberi ceramah di Taman Ismail Marzuki dengan judul "Kondisi dan Situasi Manusia Indonesia Kini, Dilihat dari Segi Kebudayaan dan Nilai Manusia". Naskah ceramah tersebut, yang konon sepanjang 81 halaman, kemudian dibukukan lengkap dengan tanggapan-tanggapan tentang isi ceramah tersebut dan tanggapan atas tanggapannya. Buku tersebut diberi judul Manusia Indonesia.

Menurut aku, buku ini menarik. Pakai banget. Mulai dari kata pengantar yang ditulis oleh Pak Jacob Oetama, naskahnya sendiri, dan berbalas tanggapannya.

Apa sih isi pidatonya Mochtar Lubis?

Intinya, beliau mengatakan tentang ciri manusia Indonesia. Secara fisik, manusia Indonesia itu tidak mengecewakan. Banyak pengamat di luar negeri yang memuji kecantikan tubuh dan raut muka wanita Indonesia. Lelaki Indonesia juga cukup tampan. Secara sifat, Mochtar Lubis menjelaskan 6 ciri yang penting untuk diperhatikan yaitu munafik, enggan bertanggung jawab, berjiwa feodal, percaya pada takhayul, memiliki bakat artistik, dan berwatak lemah. Selain 6 ini, Mochtar Lubis juga membicarakan sifat lain seperti boros, suka sesuatu yang instan, penggerutu, punya rasa humor yang baik, cepat belajar, dan beberapa lainnya.

Teman-teman sebagai manusia Indonesia, bagaimana perasaannya kalau ada yang mengatakan hal-hal seperti yang dikatakan oleh Mochtar Lubis itu? Pasti ada yang nggak terima, ye kan? Nah, makanya Mochtar Lubis mendapatkan surat terbuka berupa tanggapan-tanggapan terhadap isi pidatonya. Beberapa di antaranya menyatakan tidak setuju dengan pendapat Mochtar Lubis. Beberapa di antaranya, menyetujui pendapat Mochtar Lubis dan memberikan solusi yang bisa dijalankan untuk menuju manusia Indonesia yang lebih baik.

Berbalas tanggapan tersebut dilakukan dengan mengirim tanggapannya ke media massa. Pertama, Sarlito Wirawan Sarwono dari fakultas psikologi UI menulis tanggapan dari ceramah Mochtar Lubis itu dimuat di koran Kompas edisi 5 Mei 1977. Mochtar Lubis menanggapi tanggapan Sarlito dengan tulisan yang dimuat di Kompas edisi 14 Mei 1977. Yang kedua, Margono Djojohadikusumo juga menanggapi ceramah Mochtar Lubis dengan tulisan yang dimuat di koran Kompas edisi 13 Mei 1977. Mochtar Lubis menanggapi tanggapan dari Margono dengan tulisan yang dimuat di koran Kompas edisi 1 Juni 1977.

Yang ketiga, Wildan Yatim menanggapi ceramah Mochtar Lubis dengan tulisan yang dimuat di Kompas edisi 24 Mei 1977. Yang keempat adalah tanggapan dari Dr. Abu Hanifah yang dimuat di Sinar Harapan edisi 25 Mei 1977. Kedua tanggapan tersebut ditanggapi oleh Mochtar Lubis dengan tulisan yang dimuat di Kompas 16 Juni 1977.

Membaca tulisan berbalas tersebut, aku kemudian teringat beberapa waktu yang lalu saat sedang ramai-ramainya orang membahas tentang RKUHP. Kala itu, Hotman Paris Hutapea, pengacara kondang itu, membuat video pendapatnya tentang RKUHP yang diunggah ke akun Instagram dia. Beberapa waktu kemudian, seorang dosen Fakultas Hukum UGM mengunggah video di Youtube bersama dengan Prof Eddy, salah satu anggota tim penyusun RKUHP. Kalau Mochtar Lubis pidato hari ini, mungkin dia akan terlibat berbalas video Youtube atau perang utasan di Twitter.

Kata pengantar dalam buku ini ditulis oleh Jacob Oetama pada tahun 2001. Beliau berkata bahwa setelah reformasi (tahun 1998), muncul manusia Indonesia baru yang berpendidikan, kritis, lugas, berorientasi kuat pada kinerja, menuntut tapi juga bekerja dan berprestasi, dan berani bertanggung jawab. Sayangnya, elit politik kita masih sama saja sifatnya dengan yang dikatakan oleh Mochtar Lubis. Nampaknya, sistem dan struktur politik kita masih harus berbenah.

Sekarang, 42 tahun sudah berlalu. Waktu telah berganti, namun apakah musim baru sudah datang? Entah orang lain. Namun aku pribadi ketika melihat media sosial hari ini, rasanya aku tidak punya harapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun