Adakah dari teman-teman yang tidak tahu situs Mojok.co?
Kayaknya nggak ada yah? Semuanya tahu dan pasti pernah membaca paling tidak satu atau dua judul tulisan yang ada di situs tersebut.
Bulan lalu, situs yang sedang naik daun itu berulang tahun yang kelima. Sebagai rasa syukurnya, mereka merilis sebuah buku yang berjudul "Mojok: Tentang Bagaimana Media Kecil Lahir, Tumbuh, dan Mencoba Bertahan". Buku ini diterbitkan oleh Buku Mojok.
Buku "Mojok: Tentang Bagaimana Media Kecil Lahir, Tumbuh, dan Mencoba Bertahan" ditulis keroyokan oleh 12 orang yang bekerja dan pernah bekerja untuk mojok.co. Mereka berbagi pengalaman dan cerita berdinamika bersama media tersebut. Mereka adalah Puthut EA (kepala suku Mojok), Arlian Buana (yang pernah menjabat sebagai pimpinan redaksi mojok.co), Ahmad Khadafi (redaktur mojok.co), Ega Fansuri (ilustrator mojok.co dan bintang di Mojok Video), Dony Iswara (admin media sosial mojok.co), dan 7 orang lainnya.
Dalam buku ini, kita bisa mendengar cerita tentang betapa bangga dan senangnya orang-orang ini bekerja di mojok.co. Mereka bekerja dengan mengerahkan apa yang mereka mampu supaya perusahaan mereka bisa maju maksimal. Tidak seperti karyawan perusahaan pada umumnya. Dan memang lingkungannya sepertinya membuat nyaman. Seperti Aprilia Kumala (redaktur mojok.co) yang mendapat cuti 1 minggu untuk menenangkan diri setelah patah hati.
Ngobrolin tentang Mojok.co, adakah dari teman-teman yang sedang berusaha supaya tulisannya bisa dimuat di sana?
Salah satu hal yang 'dibuka' dalam buku tersebut adalah tulisan seperti apa yang bagus dan baik menurut mereka. Nia Lavinia, sekred mojok.co, berbagi tiga hal yang bisa membuat sebuah tulisan lolos dari kurasi beliau. Ketiga hal tersebut adalah:
- Tulisan yang baik adalah tulisan yang dievaluasi kembali lalu diperbaiki
- Tulisan yang bagus adalah tulisan yang membahas sesuatu yang penting untuk dibaca orang
- Tulisan yang bagus enggak perlu ndakik-ndakik dengan menggunakan terma ruwet. Tulisan yang muncul murni sebagai opini pribadi dan otoritatif memiliki nilai lebih.
Point pertama ini kemudian mengingatkanku pada waktu aku mengikuti pelatihan menulis essay yang dinarasumberi oleh Pak Nanang, redaktur mingguan Galura, di Bandung sekitar 2 tahun yang lalu. Menurut beliau, menulis essay memang tidak mudah. Bisa dikatakan sulit.Â
Namun orang yang rajin membaca essay, lama-lama akan mengerti bagaimana menulis essay yang baik. Kita akan tahu tulisan yang baik itu seperti apa dan tulisan yang buruk itu yang bagaimana. Jadi, kita akan belajar bagaimana membuat tulisan yang baik dan menghindari hal-hal yang menyebabkan tulisan menjadi buruk.
Ahmad Khadafi, yang tadinya seorang kontributor di Mojok.co dan kini statusnya sebagai redaktur, memberikan wejangan yang kurang lebih sama. Awalnya, tulisan beliau sering ditolak oleh Mojok.co. Namun dari 4 kali kegagalan tulisannya dimuat di mojok.co, dia belajar. Dia memperhatikan tulisan-tulisan Agus Mulyadi. Agus selalu menulis hal-hal yang dekat dengan dirinya.
Khadafi lalu menyadari bahwa ide tulisan itu tidak perlu dicari dari tempat yang jauh. Semuanya ada di sekitar penulis. Satu teori yang beliau percaya untuk bisa menembus meja redaksi Mojok.co adalah kamu harus menuliskan ide yang keluar dengan sekali tebas. Begitu ada ide, langsung ditulis. Jangan ditunda. Selesaikan tulisanmu secepat mungkin.