Tentang Papua yang sempat ramai kemarin, Habibie pun sudah menyinggungnya di buku ini. Beberapa hari setelah beliau diangkat menjadi presiden, Pak Habibie menemukan 3 masalah yang mengganggu stabilitas politik yaitu status Timor Timur yang masih dipermasalahkan oleh DK PBB serta Aceh dan Irian Jaya (sekarang Papua) yang ingin melepaskan diri dari NKRI namun tidak mendapat dukungan dari PBB. Dari buku ini kita tahu bagaimana proses pemikiran dan langkah yang diambil Pak Habibie sampai Timor Timur lepas dari pangkuan NKRI.
Entah karena terpengaruh dengan budaya Eropa atau bagaimana, "kebebasan" sepertinya menjadi kunci pendekatan Habibie dalam memerintah. Beliau memberi kebebasan berbicara dan berdemonstrasi pada masyarakat selama tidak ada tindak kriminal, beliau membebaskan tahanan politik, dan memberi kehidupan pers yang bebas.
Ada sebuah kalimat yang beliau ungkapkan tentang kebebasan dalam buku ini:
 "suatu bangsa dapat mengandalkan pembangunannya pada SDM hanya kalau manusianya diberi kebebasan dan kemerdekaan yang berbudaya dan bertanggung jawab. Kemerdekaan dan kebebasan yang diimbangi dengan tanggung jawab dan berpegang pada nilai moral dan etika, adalah dasar bagi suatu masyarakat modern."
Setelah sekian tahun, apakah masyarakat kita sekarang adalah masyarakat modern yang diharapkan oleh Habibie?
Buku ini adalah warisan dari Pak Habibie untuk kita semua. Untuk kita belajar dari peristiwa-peristiwa yang beliau alami selama menjabat menjadi presiden. Aku sungguh berharap, orang-orang pemerintah bisa membaca buku ini dan mempelajarinya. Entah mengapa, aku merasa Indonesia saat ini sedang memasuki masa sulit. Rakyat sulit percaya pada pemimpinnya. Pemimpin sulit menghargai rakyatnya.
Huft...