Beberapa hari yang lalu, di rumah seorang saudara secara sekilas aku menonton sebuah drama Jepang yang berlatar belakang di rumah sakit. Dalam drama itu diceritakan bahwa seorang pasien paska operasi masih mengalami pendarahan hingga beberapa hari.Â
Dokternya penasaran apa yang terjadi sehingga dia menanyai riwayat penggunaan obat bebas oleh pasien.Â
Anak pasien kemudian mengaku kalau dia rutin memberi aspirin pada pasien sampai sehari sebelum operasi karena katanya aspirin dapat mencegah stroke. Ketemu deh, masalahnya.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, aspirin bukankah obat untuk nyeri atau sakit kepala yang biasa dikasih sama Puskesmas? Kok dia bilang buat mencegah stroke? Apa di Jepang kayak gitu ya saking canggihnya?
Nggak perlu di Jepang, di Indonesia pun banyak artikel bertebaran tentang aspirin yang bisa berfungsi sebagai pencegah stroke karena memiliki aksi mengencerkan darah. Misalnya dalam artikel di Kompas ini.Â
Hanya saja, di Indonesia aspirin yang digunakan untuk meredakan nyeri diberi label yang berbeda dengan aspirin yang digunakan untuk mengencerkan darah. Dengan kekuatan yang berbeda dengan aspirin untuk meredakan nyeri, aspirin untuk mengencerkan darah memiliki label "hanya diberikan dengan resep dokter".
Jadi seharusnya, kejadian seperti yang ada di drama Jepang itu tidak terjadi di Indonesia, ya... Kalau obatnya hanya bisa diberikan dengan resep dokter, artinya obat tersebut diminum harus dalam pantauan dokter yang berwenang.
Masalahnya, penggunaan obat di Indonesia itu kurang terpantau. Beberapa apotek bisa menjual obat keras (kecuali narkotika dan psikotropika) pada masyarakat. Aku pernah mendapati orang yang membeli Cardio Aspirin (aspirin yang "diiklankan" untuk mencegah stroke) di sebuah apotek bukan atas resep dokter.Â
Dia membeli obat tersebut karena merasakan keluhan yang sama dengan temannya yang mendapat resep Cardio Aspirin dari dokter. Dan petugas di apotek memberikan obat itu.
Mungkin, sih. Orang yang membeli Cardio Aspirin ini tidak akan operasi dalam waktu dekat. Yah, aku sih berharap tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari dia. Namun aku lebih berharap dia segera berkonsultasi dengan dokter sebelum hal-hal buruk terjadi.
Begini yah, hal yang aku ingat dari pelajaran toksikologi dulu adalah all things are poison and nothing is without poison, the dosage alone makes it so a thing is not a poison (semua hal adalah beracun dan tidak ada yang tidak beracun. Dosisnya yang membuat sesuatu itu tidak beracun) -- Paracelsus.Â