Hani segera pergi untuk mengambil nektar sebelum malam tiba. Aya tertunduk. Dia ingin marah pada Hani. Namun tidak punya kekuatan untuk itu. Bagaimanapun, sayapnya belum bisa untuk terbang lama.
"Aku sudah selesai membersihkan kamar-kamar, menyajikan makanan untuk Sang Ratu, membuat royal jelly, dan memberi makan larva-larva," keluh Aya. "Setiap hari, hanya itu yang aku lakukan. Aku sudah hampir mati bosan. Sayap bodoh ini kenapa belum juga kuat, sih?"
Aya menjatuhkan pantatnya di dahan pohon mangga. Seketika itu, pohon mangga bergoyang. Aya terguncang di tempat duduknya. dia memegang erat dahan pohon dengan ke empat tangannya.
"Bersabarlah, Aya. Semua ada waktunya," kata sebuah suara yang menggema.
"Pohon Mangga, kamu membuatku kaget," seru Aya yang sudah mengenali suara gema itu.
"Ada waktunya untuk bertumbuh, dan ada waktunya untuk berganti tugas. Semua sudah diatur Sang Pencipta," kata Pohon Mangga. "Sebelumnya, kamu adalah larva kecil yang harus disuapi oleh lebah perawat sepertimu. Lalu kamu menetas menjadi lebah perawat. Lebah yang dulu merawatmu, kini menjadi lebah pengumpul dan lebah pencari. Dua puluh hari lagi, kamu akan menjadi mereka. Apa yang membuatmu mengeluh?"
Aya termenung. Sepertinya, memang begitulah adanya. Dia menyadari waktu untuk dia bertumbuh. Bagaimana ketika dia menjadi larva dan tidak bisa keluar kamar. Sekarang, dia sudah menjadi lebah perawat yang bisa bergerak bebas walaupun belum bisa terbang jauh. Dua puluh hari lagi, dia akan memiliki sayap yang kuat untuk bisa terbang mencari nektar.
Pohon Mangga benar. Semua ada waktunya.
Aya melihat matahari yang pelan-pelan berjalan ke balik bukit di barat. Hari ini akan berlalu. Waktu berlalu.