Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Resolusi Tahun Depan

26 Desember 2018   07:41 Diperbarui: 26 Desember 2018   08:11 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.ritzcarlton.com

Sekadar menanyakan kabar pada Candra. Namun pesan itu tidak berbalas. Beberapa kali Agnes sempat menelpon Candra. Namun tidak juga pernah diangkat. Pernah sekali diangkat tapi oleh seorang wanita. Saat itu, Agnes tidak punya firasat atau curiga pada Candra.

"Hari ini aku menikah. Doakan aku. Aku selalu berdoa untukmu," tulis Candra dalam pesannya.

Seperti mendengar suara petir di siang bolong yang cerah, Agnes tertegun. Dibacanya lagi pesan dari Candra. Pesannya masih berbunyi seperti itu. Agnes terdiam di depan pintu kamar kosnya.

"Ni orang bercanda apa, sih?" gumam Agnes.

Tak berapa lama, Candra mengiriminya pesan lagi. Kali ini, dia mengirimkan sebuah foto prewedding. Agnes mengamati foto tersebut dengan seksama. Diperbesar dan diperkecilnya gambar itu hingga dia kemudian yakin bahwa laki-laki yang ada dalam foto itu adalah Candra. Agnes menjatuhkan dirinya di lantai. Kakinya terasa lemas dan tidak bisa digerakkan. Matanya panas. Tangannya gemetaran.

Agnes teringat setengah tahun yang lalu, saat dia dan Candra baru lulus kuliah. Candra diterima bekerja di sebuah perusahaan distribusi obat di Batam. Di hari keberangkatan Candra, Candra berjanji pada Agnes untuk melamarnya tahun depan. Dan sejak saat itu, mereka menjalani pacaran jarak jauh. 

Terakhir, Agnes bertemu Candra di Padang bulan lalu saat ada kongres Ikatan Apoteker Indonesia. Candra masih mencium tangan Agnes dengan hangat. Bahkan sebelum Candra tidak bisa dihubungi, mereka masih membahas masa depan yang sama. Ini terlalu tiba-tiba. Seperti mimpi buruk.

Air mata Agnes tidak lagi bisa dibendung. Dia menangis terisak-isak di depan pintu. Terus terisak sampai sore hari Silvi, teman kantornya, datang menjenguk. Silvi merasa khawatir karena Agnes tidak berangkat ke kantor tanpa pemberitahuan. 

Saat Silvi datang, Agnes membuka pintu kamarnya. Dia masih mengenakan kemeja dan celana panjang bahan. Matanya sembab. Eyelinernya luntur mengikuti aliran air mata. Rambutnya terkucir namun acak-acakan.

Silvi kemudian membantu Agnes mengganti baju, mencuci muka, dan sisiran. Silvi menenangkan Agnes yang masik terisak dengan memeluknya. Ketika Agnes sudah tenang, Silvi memesankan makanan untuk Agnes. Hari-hari selanjutnya, Silvi membantu Agnes memulihkan hatinya yang luka.

Setengah tahun sudah berlalu. Luka di hati Agnes sudah mengering. Namun masih membekas dan masih sakit ketika luka itu tersenggol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun