Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Selamat Pekan Menyusui Sedunia, Ayah ASI

1 Agustus 2018   15:23 Diperbarui: 2 Agustus 2018   11:15 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: birthbeginnings.com

"Hari ini kan dimulai pekan menyusui sedunia," kata suamiku saat sarapan.

Saat itu, dia sedang bercerita tentang artikel yang dia baca di internet. Aku mendengarkannya sambil menganggukkan kepala.

"Ngomongin ASI aku jadi ingat Ovi," kataku sambil menatap tembok di belakang suamiku.

"Kasian yah?" kata suamiku sambil menatapku agak lama.

Aku mengangguk. Kami menghabiskan sisa makan pagi kami tanpa kata.

***

Ovi adalah anak dari kenalan kami. Ayahnya bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta dan ibunya bekerja sebagai analis keuangan. Setelah melahirkan Ovi, air susu ibunya tidak keluar dengan cukup. 

Pekerjaan Ibu Ovi sebagai analis keuangan sepertinya menyita cukup banyak energinya sehingga dia mengalami stres yang berpengaruh pada air susunya.

Ayah Ovi menginginkan Ovi mendapatkan ASI eksklusif dan tidak bisa menerima kondisi Ibu Ovi. Ayah Ovi jadi sering memarahi Ovi. 

Suamiku pernah menegurnya ketika Ayah Ovi kelepasan membentak istrinya di depan kami. Ayah Ovi berdalih, dia memarahi Ibu Ovi untuk memotivasinya supaya ASI-nya keluar.

Sepertinya, Ayah Ovi tidak sadar kalau perbuatannya malah membuat Ibu Ovi lebih stres dan malah menyumbat keluarnya ASI. Ibu Ovi kemudian memutuskan memberikan susu formula pada Ovi untuk memenuhi kebutuhan gizinya. 

Ketika Ayah Ovi tahu, dia tambah marah. Ayah Ovi kini bukan hanya membentak istrinya, tapi juga 'menghasut' anaknya yang masih bayi untuk tidak menerima susu formula yang diberikan ibunya.

Entah memang demikian atau hanya kebetulan, Ibu Ovi susah mencari susu yang cocok untuk Ovi. Dia hampir mencoba semua merek sebelum menemukan merk susu formula yang bisa diterima oleh Ovi. Dan Ayah Ovi, tidak mau membelikan susu formula untuk Ovi. 

Kata Ayah Ovi, kalau Ibu Ovi mau membelikan susu untuk Ovi, dia beli sendiri dengan uang dia sendiri. Sebagai analis keuangan, tentu hal itu bukan masalah untuknya. Namun sebagai istri, dia sedih suaminya berkata seperti itu padanya.

Aku sempat menangis terisak-isak saat mengunjungi Ibu Ovi. Bagaimanapun, sulit sekali menghadapi bayi dan pekerjaan yang membuat dia stres. Suami yang seharusnya menjadi penghibur dan penyemangatnya, malah membuat masalah yang lain.

Untung Ibu Ovi adalah perempuan yang kuat. Walaupun beberapa kali dia berkata, "udah punya anak kok suamiku begini banget ya?"

Namun Ibu Ovi masih bisa mengajakku bercanda di sela-sela cerita sedihnya. Malah aku yang merasa pilu dan jadi tidak bersemangat.

***

Sebagai kepala keluarga, seorang ayah memang mempunyai otoritas tertinggi dalam keluarga untuk menentukan sesuatu. Namun tidak setiap kehendaknya bisa dilaksanakan dengan segera. Apalagi permintaan yang dibuat dengan cara yang tidak bijaksana.

Supaya menjadi ayah yang bijaksana, seorang ayah harus mendapat informasi yang tepat tentang suatu kondisi. Dalam hal ini, Ayah Ovi seharusnya mendapat informasi yang cukup dan tepat tentang kondisi ibu menyusui sehingga dia bisa memotivasi istrinya dengan tepat.

Dalam masa menyusui, kondisi ibu itu menjadi fokus utama selain bayi. Aku pernah membaca tentang ayah ASI di sebuah artikel yang dipublikasi oleh kompas.com. Ayah ASI memiliki tugas utama membuat ibu menyusui merasa rileks dan senang. Sebab saat ibu menyusui merasa senang, aliran darah ibu akan lancar dan hormon prolaktin yang memproduksi ASI juga akan lancar.

Dari situs Udoctor, ada 6 cara yang bisa dilakukan oleh ayah ASI untuk membuat ibu menyusui merasa senang. Cara tersebut adalah membiarkan ibu beristirahat, ikut bangun saat ibu menyusui, membantu menggantikan popok bayi, membantu mensendawakan bayi setelah menyusui, membantu ibu membersihkan rumah, dan selalu menjadi suporter ibu. Ini adalah cara umum yang bisa dilakukan. Namun kita tahu, orang yang berbeda bisa senang dengan cara yang berbeda pula.

Saat kondisi tertekan, seseorang memang bisa saja mengeluarkan kemampuan tersimpannya. Misalnya kita yang tidak bisa bergerak akan mampu berlari 500 m tanpa henti saat dikejar anjing. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk ibu menyusui yang butuh suasana nyaman.

Semoga di pekan menyusui sedunia ini lebih banyak ayah yang teredukasi untuk tidak memotivasi ibu menyusui dengan cara yang salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun