Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerbung | Kembali ke Bekasi 2033 (1)

24 Juli 2018   09:53 Diperbarui: 24 Juli 2018   10:13 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir semua pemuda mengangguk.

Sophia menatap pemuda-pemuda itu satu per satu. Sophia sadar niat mereka itu baik. Sophia hanya khawatir mereka dijadikan tunggangan oleh pihak-pihak tertentu yang mau mengambil untung dari niat baik mereka.

"Ngomong-ngomong, kalian tau gak kalau di utara Muara Gembong itu mau dibikin pulau?" tanya Sophia.

"Dibikin pulau, Mbak?" tanya pemuda yang berkacamata tadi.

"Iya. Reklamasi," kata Sophia.

Para pemuda itu saling berpandangan sedangkan Sophia menghembuskan nafasnya.

"Kalau masalah ikan yang tercemar limbah di Muara Gembong sini pernah denger?" tanya Sophia lagi.

"Belum denger sih," kata pemuda yang jangkung. "Tapi kalau emang bener ya wajar, Mbak. Sungainya aja dipake buat buang limbah pabrik."

"Saranku aja nih, kalian banyakin baca koran sama baca novel, deh," kata Sophia. "Niat kalian baik untuk membentuk pemerintahan Kabupaten Bekasi Utara. Namun kalian harus memperluas wawasan kalian dan mempertajam intuisi kalian supaya kalian gak dimanfaatin sama orang lain. Politisi tertentu yang sebenernya punya tujuan gak baik, misalnya. 

Aku baca berita kalau ada yang melaporkan ikan dengan kandungan logam berat di Muara Gembong dan aku juga baca kalau bakal ada reklamasi di pantai utara Bekasi. Emang beritanya gak sesanter reklamasi Teluk Jakarta atau Teluk Benoa. Tapi tetep ada selentingannya. Menurut kalian ini ada hubungannya gak?"

Para pemuda di hadapan Sophia masih terdiam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun