Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perlukah Membuat Gerakan Membaca Buku di Kendaraan Umum?

18 Juli 2018   17:33 Diperbarui: 19 Juli 2018   12:10 2251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://jakarta.tribunnews.com

Belakangan ini, gerakan literasi di Indonesia menggema dengan begitu kerasnya. Bahkan tahun lalu, Presiden Jokowi mengundang para pegiat literasi untuk makan siang sambil berbincang-bincang di Istana Negara. Hasilnya, setiap tanggal 17 PT Pos Indonesia membebaskan biaya kirim buku-buku yang ditujukan untuk TBM yang terdaftar.

Komunitas literasi dan perpustakaan-perpustakaan komunitas pun kian bermunculan. Gerakan membaca buku pun digaungkan oleh orang-orang dengan banyak inovasi. Gerakan membaca buku di sekolah, gerakan orang tua membacakan buku di rumah, dan yang lainnya.

Namun kadang inovasi gerakan membacakan buku itu ada yang menurutku tidak sesuai dengan kondisinya. Beberapa waktu yang lalu, aku sempat melihat ada orang yang melakukan gerakan membaca buku di angkot. Kemarin, aku membaca berita ada sebuah komunitas yang mengkampanyekan gerakan membaca buku di komuter. Aku segera mengerutkan dahi. Ada yang pernah merasakan tidak sih membaca buku di dalam sebuah kendaraan yang sedang berjalan?

Jujur aku bahkan tidak bisa membaca status di sosial media lama-lama lho kalau di kendaraan yang sedang berjalan. Terutama di mobil. Rasanya pusing dan kemudian akan muncul rasa ingin muntah.

Mungkin ini tidak sesuai dengan semangat menggalakkan budaya membaca, tapi ahli kesehatan tidak ada yang menyarankan (bahkan sebisa mungkin melarang) orang membaca buku saat berada dalam kendaraan yang sedang bergerak. Mengapa?

Tanpa membaca buku, beberapa orang suka mengalami pusing atau mual saat berkendara (karena itulah ada obat bernama Antimo yang mengklaim dapat meredakan mabuk kendaraan). Secara biologis, saat kita berkendara, otak kita sedang tertipu. 

Saat berkendara, yang terjadi adalah tubuh kita tidak bergerak namun kita berpindah tempat. Sinyal dari otot dan syaraf mengatakan bahwa tubuh kita tidak sedang berpindah, namun sistem keseimbangan kita memberi sinyal bahwa kita sedang bergerak. Hal ini lah yang menipu otak dan menjadikan ada 2 pesan yang bertabrakan. Otak kita menganggap kita sedang ada masalah dan mengira kita sedang keracunan. Selanjutnya dia mengirimkan sinyal supaya kita muntah.

Buku dan ponsel dapat membuat kondisi ini semakin buruk. Karena membaca, mau tidak mau, mengharuskan kita untuk fokus. Otak yang sedang panik karena ada 2 pesan yang bertabrakan ini jelas susah kalau disuruh untuk fokus.

Itulah alasan mengapa sebetulnya kita tidak disarankan untuk membaca buku atau ponsel saat sedang berkendara.

Sebetulnya, daripada mengajak orang untuk membaca buku di angkot atau di kereta, mengapa tidak mengajak orang membaca buku di stasiun sambil menunggu datangnya kereta atau di halte sambil menunggu datangnya angkot dan bis?

Kita tahu, membiasakan orang untuk mau membaca buku dan menjadi manusia yang literat itu penting. Namun harus memperhatikan kondisi juga kan? Tidak perlu berlebihan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun