Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengurangi Sampah Plastik Mulai dari Diri Sendiri

13 Juli 2018   09:56 Diperbarui: 13 Juli 2018   10:11 1398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.harianterbit.com

Beberapa waktu yang lalu, Pak Tjip menulis tentang era kantong plastik yang berakhir bulan ini di Australia. Supermarket di sana mempersilakan pembeli menggunakan tas belanjanya sendiri-sendiri atau membeli tas belanja di supermarket tersebut dengan harga 5 Dollar. Alternatif lain, supermarket menyediakan kardus untuk mengemas barang belanjaan.

Hal ini mengingatkanku pada surat edaran yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang kantong plastik berbayar. Kebijakan ini tidak berjalan baik. Saat sebuah minimarket menerapkannya, aku pernah melihat ibu-ibu yang marah dan tidak mau mengerti penjelasan dari kasir. Akhirnya, setahuku hanya tinggal 1 supermarket yang masih konsisten menanyakan pada pembeli, "bawa tas belanjanya? Mau pakai kardus?"

Nampaknya, kesadaran untuk repot sedikit demi menjaga lingkungan masih sangat kurang di masyarakat kita.

Bagiku, mengajak orang lain untuk mengurangi pemakaian plastik memang baik. Namun yang lebih penting, bagaimana aku memulai pengurangan pemakaian plastik dari diri sendiri. Aku pernah melihat orang yang di media sosial gembar-gembor tentang bahaya plastik bagi lingkungan dan menampilkan diri sebagai relawan gerakan daur ulang sampah. Namun di dunia nyata, dia tidak merasa bersalah minum dengan sedotan dan menerima kantong plastik saat membeli sekotak minuman kemasan. Minum dengan sedotan atau menggunakan kantong plastik memang tidak berdosa, sih. Tapi kan itu sama saja dengan orang yang tidak suka membaca kemudian berbicara tentang betapa menyenangkannya membaca. Wagu, kalo kata orang Jawa.

Aku pribadi, belum bisa lepas sepenuhnya dari plastik. Aku masih berusaha. Membawa tempat makan sendiri saat membeli makanan yang dibawa pulang, berusaha membawa botol minum sendiri saat membeli thai tea atau minuman lain walaupun sering lupa, dan membawa tas belanja sendiri saat berbelanja ke pasar dan ke supermarket walaupun sering nambah plastik juga karena belanjaannya lebih dari kapasitas tas.

Yang sulit dari usaha tersebut adalah menghadapi tanggapan orang. Mulai dari orang yang terheran-heran karena aku membawa tempat makan dan botol minum sendiri, penjual yang ngotot membungkus belanjaanku dengan plastik miliknya, penjual minuman yang tidak memperbolehkanku menggunakan botol minumku sendiri sebagai wadah, dan komentar lainnya. Tapi yang namanya sudah niat ya, ayo jalan terus. Hahaha

Aku percaya, usaha-usaha kecil yang konsisten bisa memberikan hasil yang besar. Aku harap, individu-individu yang tahu akan dampak negatif penggunaan kantong plastik bisa melakukan usaha kecil dengan meminimalkan penggunaan plastik bagi dirinya sendiri. Bila kita bergerak untuk diri kita sendiri terlebih dahulu, aku yakin kampanye yang selalu disuarakan mengenai pembatasan kantong plastik bisa berhasil.

Harapanku, aku bisa konsisten menolak membeli minuman yang tidak memperbolehkan aku menggunakan tempat minumku sendiri sebagai wadahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun