Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Melatih Kesabaran dalam Mengikuti Pilkada

27 Juni 2018   20:37 Diperbarui: 27 Juni 2018   20:49 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Ada yang bilang, melatih kesabaran itu dengan berinternet menggunakan provider kuning di kaki gunung Merapi. Buatku, bukan itu yang bisa melatih kesabaran. Menjadi peserta pilkada di daerah ini lebih membantu kita bila sedang melatih kesabaran.

***

"Yang gak dapet undangan ke TPS banyak, Ta, bukan cuma kamu," kata Bapak. Siang tadi kami bertemu di sebuah rumah sakit menjenguk saudara kami yang baru saja melahirkan.

"Makanya itu, Pak, apa kerja mereka kalau banyak yang enggak dapet undangan?" kataku. "Di rumah aja kan udah ditempel kalau saya terdaftar sebagai pemilih di sini. Terus gimana ceritanya saya gak dapet undangan?"

"Emang gak beres mereka kerjanya," kata Bapak. "La ini saya sama emakmu yang serumah aja TPSnya bisa beda. Emakmu di TPS 7 yang di depan kantor kelurahan, saya di TPS 6 yang di depan masjid itu. TPS 6 kan jauh dari rumah."

"Lah, di kecamatan sana, Pak, ada 9 TPS yang digabung di satu tempat," kataku. "Ya maksud saya, kenapa ditentukan tiap desa ada sekian TPS itu supaya dekat dengan warga. Kayak misalnya, TPS di sini semuanya ngumpul di kantor kelurahan, yang di Babakan sana kan jadi jauh banget kalo mau nyoblos."

"Makanya, sebenernya yang butuh sukses pilkada siapa, sih?" gumam bapak.

Aku dan suami sedang menimang-nimang, apakah akan ikut mencoblos atau tidak berhubung aku tidak mendapatkan undangan dan suamiku belum punya pilihan. Namun kata bapak, aku masih bisa ikut dengan menunjukkan KTP setelah pukul 12 siang.

Akhirnya, pukul 12 aku dan suamiku menuju TPS tempat suamiku memilih. Tidak jauh dari rumah sakit yang aku kunjungi. Pukul 12.15, kami sampai di TPS. Semua orang yang mengenakan kartu identitas panitia sedang makan. SEMUANYA.

Ketika kami di meja depan, petugas meminta kami pulang dulu dan kembali beberapa saat lagi. Suamiku sudah mau mengajakku undur diri. Namun aku dengan tegas mengatakan tidak. Ya maksudku lagi, ini sudah pukul 12 lebih 15. Empat puluh lima lagi waktu memilih berakhir. Dan lagi, emangnya mereka makan harus jamaah gitu? Gak bisa emang pada gantian gitu?

"Kenapa gak sekarang aja, sih? Saya buru-buru," kataku tegas sambil mengulurkan KTP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun