Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mengenang Buku Aktivitas Ramadan

3 Juni 2018   21:49 Diperbarui: 3 Juni 2018   22:00 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang tahu buku aktivitas selama bulan Ramadan?

Itu lho, buku yang isinya kolom-kolom yang harus kita isi. Apakah kita puasa atau tidak, apa tema tarawih hari ini, sampai mana kita membaca Al Quran, dan apa yang kita lakukan pada malam Nuzulul Quran.

Selama bersekolah di SD dan SMP, aku selalu mendapatkan buku itu setiap tahun untuk diisi. Sebenarnya kalau dipikir-pikir, malas juga mengisi buku itu. Apa sih pedulinya guru-guru kita dengan aktivitas ibadah kita? Bukankah urusan ibadah adalah kita dengan Tuhan? Namun sisi positifnya, kita belajar mengisi jurnal dengan buku aktivitas tersebut. Kita belajar untuk mempunyai target dan menjalankan hari-hari sesuai agenda yang direncanakan.

Aku punya cerita menarik tentang buku itu. Salah satu kolom yang harus diisi dalam buku itu adalah aktivitas tarawih kita. Ketika kelas 2 SD, aku pernah menghilangkan buku aktivitas Ramadan itu beberapa kali. Setiap minggu, ketika guruku memeriksa buku itu, aku melaporkan kalau buku itu hilang. Betul-betul hilang tidak tahu kemana. Ketinggalan saat ikut pengajian, lupa mengambil lagi setelah ditanda tangani oleh imam tarawih, dan ketinggalan entah dimana.

Akhirnya saat kelas 3 SD, guruku memintaku untuk tidak membawa buku itu kemana-mana kecuali ke sekolah. Aku diminta guruku untuk menuliskan kegiatan di rumah saja dan meminta tanda tangan orang tua sebagai bukti aku memang mengerjakan kegiatan-kegiatan yang ada.

Sialnya, ayahku tidak mau menanda tangani lembar kegiatan tarawih dan pengajian karena yang seharusnya menandatangani kolom itu adalah imam solat tarawih dan pengisi ceramah pengajian. Minggu pertama buku itu diperiksa, guruku bertanya kenapa kolom tanda tangan kosong. Aku bilang kalau orang tuaku tidak mau menandatanganinya karena memang bukan tempatnya. Akhirnya, guruku mengganti kolom tanda tangan imam dengan kolom diketahui orang tua.

Beberapa hari awalnya, ayahku masih mau menandatangani. Namun lama-lama beliau malas dan berjanji menandatanganinya seminggu sekali. Yang kemudian menjadi masalah, ayahku menandatanganinya hanya sekali dengan tanda tangan yang cukup besar untuk memenuhi kolom 7 hari.

Aku sendiri, juga sebetulnya malas mengisi buku aktivitas itu. Apalagi di beberapa hari terakhir ketika aku sudah di rumah nenek, praktis aku tidak lagi ikut pengajian dan malas solat tarawih. Ketika ditanya mengapa bukunya kosong di hari-hari terakhir Ramadan, aku menjawab bahwa aku sudah berada di rumah nenek di luar kota. Buku tidak kubawa karena memang tidak boleh dibawa kemana-mana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun