"Mbak, nanti malam ada pasar kaget di gang RT sebelah," sapa tetangga sebelah kanan rumahku saat aku keluar untuk menjemur keset. "Ke sana gak?"
"Kayaknya enggak, deh," jawabku. "Saya suka pusing kalo jalan-jalan di tempat banyak orang."
"Saya juga males ke tempat begituan, sekarang," kata tetangga yang sebelah kiri rumahku. "Sumpek banget banyak orang. Belum lagi saya kalo ke tempat begituan bocah pada ngikut. Ribet, deh."
Aku dan tetangga sebelah kanan mengangguk menyetujuinya.
"Iya juga sih, Mama Aurel buntutnya tiga," kata tetangga sebelah kanan. "Saya yang cuma satu aja sering ribet. Tapi saya pingin beli baju lebaran buat bocah. Kasian, celana panjangnya udah pada ngatung. Buat solat Ied di masjid nanti."
"Saya mah beli baju di toko online aja," kata tetangga sebelah kiri yang dipanggil Mama Aurel. "Banyak program diskon-diskon juga. Tiap malam kerjaan saya mantengin aplikasi belanja online macam Zilingo, Lazada, jd.id, shopee, ma tokopedia buat beli keperluan lebaran."
"Beli online gak takut gak sesuai, tuh?" tanya tetangga sebelah kanan.
"Ya, belinya di penjual yang resmi," jawab Mama Aurel.
Aku manggut-manggut mendengarkan Mama Aurel bercerita tentang aplikasi belanja online dan segala kelebihannya dibanding belanja di pasar. Terutama yang aku tangkap, dia tidak merasa kerepotan. Pertama, barang diantar ke rumahnya. Ini menghemat waktu dan tenaga. Kedua, dia tidak perlu kerepotan mengajak anak-anaknya ke kerumunan orang.
Bukan hanya Mama Aurel yang berpikiran seperti itu. Beberapa orang yang aku kenal pun memilih berbelanja di toko online untuk keperluan lebarannya.
"Beli sirop ma biskuit kaleng cuma selisih serebu sama di pasar malem, Met," kata seorang temanku. "Gratis ongkir lagi. Coba beli ke pasar malem. Macet, bayar parkir, belum jajannya."