Ini pertama kalinya aku menjalani bulan Ramadan di sini. Demikian juga Mpok Leha yang baru beberapa bulan yang lalu pindah kemari. Namun mendengar cerita tetangga yang sudah lebih lama tinggal, selepas ashar nanti, akan banyak penjual makanan di pinggir jalan depan rumahku. Sebagian besar menjual makanan untuk menyegerakan berbuka seperti kolak, es buah, dan minuman segar lainnya. Ada juga yang menjual kudapan dan lauk.
Sepertinya seru.
Aku jadi teringat rumah kakak sepupuku di Riung Bandung. Saat aku masih tinggal di Padalarang, kakak sepupuku selalu bersemangat mengajakku untuk berbuka puasa di rumahnya. Jalanan di dekat rumahnya berubah menjadi pasar kaget. Semua orang berjualan makanan di sepanjang jalan itu. Macam-macam minuman dan macam-macam makanan ada. Es kelapa, es dawet, es buah, kolak, cakwe, martabak,... just name it. Mungkin seperti itu juga suasana di sini.
Ini adalah salah satu yang membuat pengeluaran di bulan Ramadan membengkak. Biasanya sore-sore dihabiskan waktunya dengan berolahraga, bersih-bersih rumah, atau membaca buku, di bulan puasa sore-sore orang sibuk berwisata kuliner.
Namun untuk puasa hari pertama ini, aku memilih membuat makanan untuk takjil sendiri. Kemarin, mertuaku datang membawa peuyeum dan timun suri. Aku berencana untuk membuat es timun suri dan peuyeum goreng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H