Aku heran dengan orang yang galau dengan status jomblo. Aku yakin yang heran bukan aku aja. Soalnya aku pernah lihat orang yang statusnya adalah ‘single is better than wrong relationship’ saat aku kulik lebih dalam, ternyata si orang yang pasang status ini lagi nyindirin temennya yang keukeuh mempertahankan hubungan yang tidak sehat demi tidak menjadi jomblo. Pertanyaanku adalah kalo jomblo trus kenapa gitu? Aku sih gak pernah galau dengan masalah yang seperti itu. Paling cuma jadi kesel aja kalau pada ngeledekin.
Temanku sempat ada yang bertanya padaku, “Lo jomblo gitu gak kesepian Mbak?”
Saat kuingat-ingat, aku tidak pernah sih merasa kesepian. Ya mungkin kalau orang melihat aku kesana kemari seorang diri tetapi aku tidak pernah merasa kesepian. Hidupku selama hari biasa hanya habis di 2 tempat yaitu kos dan kantor. Di kantor, ada teman-teman untuk diajak berinteraksi. Di kos ada ponsel dan laptop dengan koneksi internet. Mana ada orang yang kesepian dengan kehidupan seperti ini?
Temanku lalu bertanya lagi, “Emang lo gak ada rasa pingin berbagi sama seseorang tentang masalah, kesenengan, dan hari-hari lo?”
Bukannya gak pingin, tapi aku selalu punya tempat untuk berbagi cerita. Aku punya teman-teman untuk berbagi cerita mulai masalah serius sampai yang tidak serius, ada juga adikku yang bisa diajak berbagi cerita ringan yang lucu dan gak penting, ayah dan ibuku juga mau aja kalau aku telpon untuk sekedar ngobrolin wacanaku atau hal-hal yang sedang menarik di televisi. Atau kalau masalah itu terlalu sensitif untuk diceritakan pada orang, kan bisa bercerita dalam doa pada Tuhan.
Pertanyaan selanjutnya, “Kalo lo lagi gak ada kerjaan trus lo ngapain? Kalo punya pacar kan lo bisa ngubungin pacar lo.”
Banyak hal yang bisa dilakukan. Membaca kicauan di twitter dan updatean status di facebook itu sebenernya udah makan waktu sendiri. Aku bisa gak ngapa-ngapain sepagian kalau udah mantengin dua sosial media itu. Aku juga punya banyak buku untuk dibaca di waktu senggang. Bisa juga menuliskan opini serius atau kisah-kisah gak penting yang membuat resah. Intinya malah gak ada kata gak punya kerjaan di hidupku.
Pertanyaan masih berlanjut, “Trus lo kalo pingin jalan-jalan gitu sama siapa?”
Jalan-jalan kan bisa sama temen. Kalau temennya gak ada yang mau diajakin, ya sama adik atau saudara. Kalau enggak ada juga, ya udah pergi sendiri. Kenapa susah? Jalan-jalan sendiri tuh asyik kali. Kita bisa melangkahkan kaki sesuka kita tanpa perlu berunding dengan orang lain. Lagian aku sih tinggalnya di kota besar ini, jadi mau kemana-mana ada aja angkot atau bus yang bisa mengantar sampai tujuan.
Pertanyaan yang mulai agak aneh adalah, “Lo pernah berdoa untuk turun hujan gak sih kalo pas malem minggu atau hari Minggu?”
Jawabannya adalah gak pernah. Aku juga suka jalan-jalan kalo hari Minggu aku selalu mengagendakan untuk bepergian walaupun harus pergi sendirian. Mana asyik jalan-jalan pas hujan? Daripada berharap orang lain sedih, sebaiknya ikut menikmati karunia Tuhan.