Dalam perjalanannya ke pantai, mereka mampir ke sebuah warung di pinggir sungai.
Yosra lalu membuang plastik bungkus makanannya ke sungai dengan enteng.
“Yosra, kok kamu buang bungkusnya ke sungai sih?” tanya Kael.
“Lah emang kenapa?” tanya Yosra tanpa rasa bersalah.
“Bikin banjir Yosra… “ kata Kael.
“Alah, satu ini pun….” Ujar Yosra. “Lagi pula, bukan cuma aku yang buang sampah di sungai.”
“Makanya karena udah banyak yang buang sampah di sungai, kamu jangan nambah-nambahin,” kata Kael. “Kamu tau gak sih, Yo, sampah yang kamu buang ke sungai itu bukan cuma bisa bikin banjir. Tapi dia akan terus kebawa arus sampai di laut. Nah, di laut plastik-plastik ini ni bisa dimakan sama ikan. Kan kamu tau sendiri, senyawa kimia itu disusun polimer-polimer yang tidak mudah terurai. Bisa jadi nanti ikan-ikan yang makan plastik tadi kamu makan.”
“Setahuku, El, dalam hal makanan tuh hewan lebih pinter tau dari manusia,” bantah Yosra. “Coba deh kamu kasih ikan berformalin ke kucing, pasti kucingnya gak akan mau. Nah, bisa jadi ikan juga gitu, demikian. Masak sih gak bisa bedain terumbu karang sama tumpukan sampah misalnya.”
“Enggak sesederhana itu, Yosra,” kata Kael. “Kalau hewan secerdas itu, gak akan ada yang jual racun tikus.”
Yosra lalu terdiam. Dia sepertinya sadar kalau ucapan Kael benar namun dia tidak ingin mengiyakan.
“Ya udah sih,” kata Yosra pada akhirnya.