“Belum sih, ini masih ada workshop. Bentar lagi mulainya.” Kata Teh Siska.
Tak lama kemudian, workshop pun dimulai. Para peserta belajar kerajinan tangan dari pengrajin yang bekerja di bengkel kreatif pak Indra. Mereka membuat tas dari tanaman enceng gondok ditemani senandung lagu dari Azalia Voice.
“Jadi, tadi talkshownya ngomongin apa?” tanyaku pada seorang peserta.
“Ngomongin tentang sungai citarum yang dia itu kotor gitu kondisinya, banyak sampah. Nah Kang Eri, sebagai budayawan, menjelaskan kenapa orang-orang sekarang gak peduli sama Citarum dan malah bikin kotor. Kemudian dengan kepedulian Pak Indra sebagai pengusaha, beliau membuat kerajinan tangan berupa tas, topi, dan sebagainya dari taneman enceng gondok. Trus selain itu, pak Indra juga bikin bank sampah. Dengan bank sampah itu, dia mengelola sampah yang bisa didaur ulang. Orang ke sana bawa sampah ntar dibeli gitu,” Katanya. “Gitu deh, Teh intinya.”
Kang Eriyandi Budiman, seorang budayawan yang menjadi narasumber dalam acara talkshow, menjelaskan bahwa kearifan lokal sudah tidak lagi diindahkan itu penyebab utama kerusakan lingkungan.
“Dulu Neng, orang mau nebang pohon aja ritualnya banyak dan yang ditebang emang pohon pilihan, selain itu mereka nanem pohon dulu sebelum mau nebang pohon. Nah sekarang, orang nebang pohon mah nebang aja. Dulu orang mau buang sampah di sungai itu takut kualat. Sekarang mah biasa aja,” Kata Kang Eri. “Jangan kan sama aturan aturan yang tidak tertulis dan disampaikan turun menurun, orang jaman sekarang sama larangan yang jelas ada aja orang banyak yang tidak peduli. Itu yang saya omongin. Nah, bagian Pak Indra membuat sampah yang melimpah itu menjadi suatu hal yang menghasilkan. Misalnya tas dari enceng gondok itu.”
Aku merasa sayang karena sudah melewatkan acara talkshow yang menarik itu. Di tangan seorang kreatif, gulma dengan biaya pengelolaan sejuta dollar itu bisa diubah menjadi barang dengan nilai seni dan menghasilkan. Memang, Tuhan tidak menciptakan hal yang sia-sia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H