Awas PJJ-Siswa Aktif Menggunakan Gadget
Meisy Syifa Wasilatu Sholihah
UIN Raden Mas Said/Sanggar Sastra Sragen
     Awas PJJ (Pendidikan Jarak Jauh) siswa aktif dalam penggunaan gadget, kondisi yang memaksa para siswa tinggal di rumah membuat seluruh mata pelajaran yang biasanya tertulis rapi di papan tulis harus digantikan dengan benda persegi panjang yaitu Gadget. Pendidikan jarak jauh atau distance education adalah pendidikan yang formal dan berbasis lembaga yang di situ para peserta didik dan instrukturnya tengah berada di tempat yang berbeda sehingga harus menggunakan alat elektronik untuk dapat berinteraksi dan agar terjadinya feedback antara guru dan siswa-siswi. Dalam pendidikan jarak jauh harus ada komunikasi yang bagus antara siswa-siswi dan guru agar tidak terjadi yang namanya miss komunikasi, keaktifan siswa-siswi sangat mempengaruhi pendidikan jarak jauh dimasa pandemi sehingga siswa-siswi harus siap sedia di depan layar hp masing-masing. Seringnya siswa-siswi berada di depan layar membuat mereka aktif dalam penggunaan media yang ada di dalam hp.
     Segala hal bisa saja terjadi pada siswa-siswi yang tengah aktif dalam pendidikan jarak jauh, tidak jarang siswa-siswi menggunakan bantuan kuota internetnya untuk menonton film. Kurangnya pengawasan orang tua pada siswa-siswi karena yakin bahwa anak-anaknya sedang belajar jarak jauh membuat mereka bebas menggunakan gadgetnya. Bahkan 86% siswa-siswi bebas berekspresi menggunakan hp nya di tengah tugas-tugas daring, misalnya mereka bermain Tik Tok atau bahkan memperlihatkan goyangannya yang terlalu vulgar, sebetulnya hal tersebut memang sudah biasa dilakukan oleh anak-anak zaman now, namun hal tersebut kurang pantas dan tidak mencerminkan sebagai anak bangsa yang beretika, padahal sebelum pandemi siswa-siswi diajarkan tentang norma-norma yang ada, norma-norma tersebut tidak hanya berlaku di kehidupan nyata namun juga berlaku di media. Anehnya hal ini dianggap biasa-biasa saja di kalangan masyarakat, jika pelaku Tik Tok dikomen secara baik-baik pun akan menanggapinya dengan pedas dan seakan-akan pelaku Tik Tok tidak menghiraukan perkataan orang lain, media tidak bisa mengusik hal tersebut dengan dalih kebutuhan pemasaran, bahkan jika dibahas bersama seorang dosen pun akan mengatakan jika hal tersebut adalah haknya, semua orang bebas melakukannya dan itu adalah sebuah ekspresi siswa-siswi terhadap tugas-tugas daring yang diberikan. Setiap warga negara memang bebas berekspresi, namun setiap warga negara juga wajib menjaga generasi emasnya terlebih saat pendidikan jarak jauh ini. Pada artikel Voa-Islam oleh Sumirah, M.Si tertulis tentang anak-anak yang rela mencuri uang ayahnya sebesar Rp.500,000,00 demi menghadiri acara jumpa penggemar selebritas Tik Tok, bahkan ada juga seorang remaja ingin membuat agama yang baru dengan menjadikan selebritas Tik Tok sebagai Tuhannya. Kemudian ada juga kasus seorang anak yang merobek LKS karena gadgetnya diambil oleh orangtuanya dan segera menghentikannya setelah gadgetnya dikembalikan. Selain itu aktifnya siswa-siswi menggunakan gadget membuat mereka lupa waktu saat mengerjakan tugas, misalnya karena signal terlalu buruk sehingga membuat mereka geram dan harus terfokus pada satu hal yaitu bagaimana tugasnya dapat selesai dengan keadaan signal buruk sampai harus melupakan hal-hal lainnya. Pendidikan jarak jauh memang cara alternatif selama pandemi, siswa-siswi banyak menghabiskan waktunya untuk menggunakan gadget dan keluar rumah bersama dengan teman-temannya usai mengerjakan tugas daring sehingga taraf bermain anak-anak tidak terkontrol. Jadi seperti apa generasi emas seharusnya?, apakah generasi emas adalah generasi yang terlena dengan pendidikan jarak jauh dan menjadikan gadget sebagai alat kesehariannya?, atau generasi emas adalah generasi yang pintar bergoyang di aplikasi Tik Tok?, generasi emas bukanlah generasi yang selalu memposting gayanya di Facebook ataupun story WhatsApp, generasi emas terlahir dari siswa-siswi yang berkarakter, siswa-siswi yang yang diajarkan tentang bagaimana caranya beretika yang baik dan generasi emas adalah siswa-siswi yang membawa perubahan positif untuk generasi selanjutnya.
      Untuk itu harus ada penjagaan dari orang tua maupun gurunya sendiri dengan pengontrolan pendidikan jarak jauh yaitu dengan pembuatan jadwal yang tidak mempersulit siswa-siswi dan tidak membuat siswa-siswi berlama-lamaan menggunakan gadget, konsisten terhadap jadwal atau tidak mengubah-ubah jadwal di tengah jalan, memberi tugas yang tidak memberatkan siswa-siswi dan selalu memberi motivasi kepada siswa-siswinya tentang pentingnya beretika di lingkungan masyarakat maupun di media terlebih bagi siswa-siswi SMA/MA yang biasanya suka ceplas-ceplos, membuat game atau kuis menggunakan aplikasi Quizizz, pembatasan media pada gadget dengan cara mode anak atau menyembunyikan tampilan icon aplikasi seperti Instagram, Facebook, Tik Tok, Messenger, Play Film, dan Play Store. Semoga pendidikan jarak jauh memiliki sisi positif yang relatif tinggi sehingga siswa-siswi juga dapat belajar dalam penggunaan teknologi secara positif agar tidak gagap teknologi  dan dapat menyebarkan ilmu yang didapatnya selama dimasa sekolah.
FB : Grelisya Sya
IG : Syiff_syifa_mey7532159
Sanggar Sastra Sragen Cabang Kalijambe
Baca juga https://zonaintelektual.com/2021/06/muslimah-cerdas-di-era-digitalisasi/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H