Mohon tunggu...
Meisya Zahida
Meisya Zahida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan penunggu hujan

Sejatinya hidup adalah perjuangan yang tak sudah-sudah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ketika Gulita

2 Maret 2020   18:47 Diperbarui: 2 Maret 2020   18:54 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika gulita, ingin berkabar padamu, di setiap gelap diantar remang
Senja telah rebah di keutuhan malam, kau pasti tak melewatkan, seperti aku melepas terang.
Bagiku, senyap tetaplah rayuan diam tiada luput dari kesendirian.
DenganNya, kita tak dikecualikan. Sama-sama disertakan dalam catatan.
Aku tak berdaya, seperti engkau yang tak bisa berdusta.

Ingin kuceritakan padamu, ketika gelap menandai penglihatan.
Cahaya terenggut tiba-tiba, meraba-raba dalam pencarian, namaNya terang di dada, namamu pudar tiada sisa.
Apakah arah tetap ke depan sedang raga berbalik haluan?

Ketika gulita melanda jiwa, aku memeram sakit yang kentara.
Lukakah yang kau toreh di lebam wajah, atau sesal; terlambat aku mengakuinya. Kau pasti lupa setiap sakit ada penawarnya, yaitu, doa-doa yang selalu membuatku berharga, aku tak kan kesepian karena denganNya aku melewati perbatasan dunia yang satu kalipun tak kau kenalkan sebelumnya.

Dalam terang yang kubuat gelap, adalah keangkuhanmu selalu kutangkap.
Angin yang bersahabat, dering berita tercepat.
Mengukuhkan apa yang kubisa dalam kenaifanmu; tak pernah kau menyadarinya.
Kan kubiarkan engkau tersesat, tapi, akan kembali ke dalam kotaku yang beralamat.

Catatan, Meisya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun