Aku ingin datang, padamu
Sebagai pelukan
Lebih ritmis dari keabadian puisi
Semoga kau tak lupa mencatat
Bagaimana gerimis turun kala itu
Kau berkata "Ini tak lazim
sebab matahari belum bergeser dari
edarannya"
Aku tak paham
Kau pun menggeleng pelan-pelan
Hari ini, orang-orang sibuk
memberi ucapan
Kepada chairil, si 'Binatang Jalang'
Aku menyebutnya penyair 'Malang'
Karenanya, aku ingin berbelasungkawa
"Kau cukup mendoakan mereka
yang telah berurusan dengan Tuhan
Sebab bahagia ada
ketika doa menyerta" katamu
Aku mengerti, karenanya kutulis puisi ini
Aku telah datang, padamu
Sebelum kau ucapkan kata selamat
Sebelum kecemasan memberi jawaban
Setelah hari-hari menjadi cerita kosong
Dan puisi, menceritakan nasibnya sendiri
Madura, 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H