Mohon tunggu...
Meisya Zahida
Meisya Zahida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan penunggu hujan

Sejatinya hidup adalah perjuangan yang tak sudah-sudah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Keabadian Puisi (Kepada Alzam)

28 Februari 2020   14:48 Diperbarui: 28 Februari 2020   14:55 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku ingin datang, padamu
Sebagai pelukan
Lebih ritmis dari keabadian puisi
Semoga kau tak lupa mencatat
Bagaimana gerimis turun kala itu
Kau berkata "Ini tak lazim
sebab matahari belum bergeser dari
edarannya"
Aku tak paham
Kau pun menggeleng pelan-pelan

Hari ini, orang-orang sibuk
memberi ucapan
Kepada chairil, si 'Binatang Jalang'
Aku menyebutnya penyair 'Malang'
Karenanya, aku ingin berbelasungkawa
"Kau cukup mendoakan mereka
yang telah berurusan dengan Tuhan
Sebab bahagia ada
ketika doa menyerta" katamu
Aku mengerti, karenanya kutulis puisi ini

Aku telah datang, padamu
Sebelum kau ucapkan kata selamat
Sebelum kecemasan memberi jawaban
Setelah hari-hari menjadi cerita kosong
Dan puisi, menceritakan nasibnya sendiri

Madura, 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun