Mohon tunggu...
Meisya Zahida
Meisya Zahida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan penunggu hujan

Sejatinya hidup adalah perjuangan yang tak sudah-sudah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tak Kenal Waktu

24 Februari 2020   23:49 Diperbarui: 25 Februari 2020   00:07 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Aku ingin bertamasya di hening ini, ibu
Sebelum doa-doa mengalir
Di deras munajatmu
Setelah dzikir aku aminkan
Dan jalan luas memanjang

Ibu, sekian mil aku terus berlari
Liuk aspal di dataran
Seperti seutas benang
Kerap kusut lalu membola di genggaman
Tapi telunjukmu
Searah firman Tuhan mengajariku
Nama-nama panggilan

Tak henti jantungku berdenyut
Saat pasang surut air laut
Kau umpamakan gejolak hidup
Sampan merambah samudra
Layar-layar mencari peta
Hulu dan hilir seperti wajah luka
Membandang prahara

Peluklah aku, ibu
Ke dalam rindu
Kau asah tak kenal waktu

Madura, 24/02/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun