Berdasarkan pengamatan, Gen Z cenderung lebih menyukai sastra populer. Alasannya sederhana: sastra populer lebih sesuai dengan gaya hidup cepat dan dinamis mereka. Namun, bukan berarti sastra adiluhung tidak memiliki tempat. Banyak program pendidikan dan inisiatif budaya berusaha mengenalkan karya-karya sastra adiluhung melalui metode yang lebih interaktif dan menarik, seperti adaptasi film, teater, dan diskusi kelompok.
Secara keseluruhan, preferensi Gen Z lebih condong kepada sastra populer karena kemudahan akses dan relevansi tematiknya. Namun, ini bukanlah penolakan terhadap sastra adiluhung. Dengan pendekatan yang tepat, sastra adiluhung tetap bisa menarik minat Gen Z, memperkaya pemahaman mereka tentang warisan budaya dan intelektual dunia. Tantangannya adalah menemukan keseimbangan antara kemudahan konsumsi dan kedalaman makna, serta menyediakan platform yang mendukung eksplorasi kedua jenis sastra tersebut.