Mohon tunggu...
MEISY ELISABETH WOKAS
MEISY ELISABETH WOKAS Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Universitas Mercu Buana - 41421120046

Nama saya Meisy Elisabeth Wokas, 23 tahun, mahasiswa Teknik Elektro di Universitas Mercu Buana. Saya berasal dari Manado dan memiliki ketertarikan dalam dunia listrik. Keahlian saya meliputi bahasa Innggris, Microsoft Word & Microsoft Excel. Hobi saya mencakup membaca buku tentang pengembangan diri dan travel. Cita-cita saya adalah menjadi Engineer yang bisa berguna buat negeri ini dan menjadi berkat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Model Etika Komunikasi Lasswell, Buber dan Sosrokartono - Meisy Elisabeth Wokas (414121120046) - Prof Apollo

12 Oktober 2024   18:19 Diperbarui: 12 Oktober 2024   19:06 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul 5 - Etika Model Komunikasi Habermas

Komunikasi merupakan elemen esensial dalam kehidupan sosial manusia. Dalam setiap interaksi, baik di lingkungan pribadi maupun publik, komunikasi berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan pesan, membangun hubungan, serta menciptakan pemahaman bersama. Namun, komunikasi yang baik tidak hanya diukur dari efektivitas penyampaian pesan, melainkan juga dari aspek moral dan etika. Terdapat beberapa model komunikasi yang menyoroti pentingnya etika dalam setiap tindakan komunikasi, di antaranya adalah model komunikasi yang dikembangkan oleh Harold Lasswell, Martin Buber, dan Raden Mas Panji Sosrokartono. Artikel ini akan mengkaji secara kritis tiga model komunikasi tersebut, membahas bagaimana masing-masing model menawarkan pendekatan yang unik terhadap komunikasi yang etis, serta memberikan relevansi dalam konteks modern. 

1. Model Komunikasi Harold Lasswell

 

  • What: Apa itu Model Komunikasi Lasswell?

Harold Lasswell adalah salah satu tokoh penting dalam studi komunikasi. Model komunikasinya yang paling terkenal adalah formula dasar yang menyusun komunikasi sebagai proses yang terdiri dari lima elemen: Who says what in which channel to whom with what effect? (Siapa mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa?). Model ini merupakan pendekatan linier, di mana komunikasi dipahami sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima, melalui media tertentu, dengan tujuan menghasilkan efek tertentu pada audiens.

  • Why: Mengapa Model Lasswell Penting?

Model Lasswell sangat relevan karena menyederhanakan proses komunikasi menjadi elemen-elemen dasar yang memudahkan analisis. Dalam konteks etika, model ini menjadi penting karena memaksa pengirim pesan untuk bertanggung jawab atas pesan yang disampaikan dan efek yang dihasilkan. Dalam dunia modern, di mana media massa dan teknologi komunikasi semakin mempengaruhi opini publik, model ini membantu mengungkap siapa yang memiliki kekuatan dalam menyampaikan informasi, serta bagaimana informasi tersebut dapat mempengaruhi masyarakat.

Sebagai contoh, dalam kampanye politik atau iklan komersial, pengirim pesan (komunikator) harus mempertimbangkan dengan cermat dampak sosial dan psikologis dari pesan yang disampaikan. Informasi yang salah atau manipulatif dapat menyebabkan kerusakan pada kepercayaan publik, bahkan memicu perpecahan sosial. Oleh karena itu, model Lasswell mendorong tanggung jawab moral dalam setiap tahap komunikasi, terutama dalam mengantisipasi efek yang mungkin ditimbulkan.

  • How: Bagaimana Model Ini Diterapkan?

Lasswell membagi proses komunikasi menjadi lima elemen utama:

  • Who (Siapa): Pengirim pesan, baik individu, kelompok, atau organisasi.
  • Says What (Apa yang dikatakan): Isi pesan atau informasi yang ingin disampaikan.
  • In Which Channel (Melalui saluran apa): Media atau saluran yang digunakan, seperti televisi, radio, media sosial, dan sebagainya.
  • To Whom (Kepada siapa): Audiens atau penerima pesan.
  • With What Effect (Dengan efek apa): Dampak atau reaksi yang dihasilkan dari pesan tersebut.

Dalam implementasinya, setiap elemen harus dievaluasi dari segi etika. Pengirim pesan harus memastikan bahwa pesan yang disampaikan tidak menyesatkan, saluran yang dipilih sesuai dengan audiens yang dituju, dan dampaknya tidak merugikan. Misalnya, dalam penyebaran informasi tentang kesehatan, penting bagi pengirim pesan untuk memilih saluran yang tepat agar audiens mendapatkan informasi yang akurat dan relevan, serta menghindari penyebaran informasi yang salah yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat.

2. Model Komunikasi Martin Buber 

Modul 5 - Etika Model Komunikasi Habermas
Modul 5 - Etika Model Komunikasi Habermas
  • What: Apa itu Model Komunikasi Buber?

Martin Buber, seorang filsuf dan teolog Yahudi, memperkenalkan konsep komunikasi yang berfokus pada hubungan interpersonal. Model Buber membedakan tiga jenis hubungan dalam komunikasi:

  • I-It: Hubungan di mana individu memperlakukan orang lain sebagai objek atau alat.
  • I-You: Hubungan di mana individu berinteraksi dengan orang lain sebagai subjek yang dihormati, dalam pengertian dan dialog.
  • I-Thou: Hubungan yang lebih mendalam, di mana kedua pihak saling memahami dalam kesetaraan penuh, serta menjalin komunikasi yang didasarkan pada kejujuran dan spiritualitas.

Hubungan I-It lebih sering terjadi dalam komunikasi yang bersifat formal atau transaksional, di mana manusia diperlakukan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sebaliknya, hubungan I-Thou adalah bentuk komunikasi yang paling ideal, di mana individu diperlakukan sebagai entitas yang utuh dan bernilai intrinsik.

  • Why: Mengapa Model Buber Penting?

Model Buber penting karena menekankan kualitas hubungan manusia dalam komunikasi. Buber menolak pandangan bahwa komunikasi hanya berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan pragmatis. Sebaliknya, komunikasi juga merupakan alat untuk membangun hubungan yang lebih dalam dan bermakna. Dalam dunia yang semakin terfragmentasi oleh teknologi dan media sosial, model Buber mengingatkan kita akan pentingnya kejujuran, rasa hormat, dan empati dalam setiap interaksi.

Selain itu, dalam konteks etika, model Buber sangat penting karena menyoroti bagaimana manusia seharusnya memperlakukan satu sama lain sebagai subjek yang memiliki martabat, bukan sebagai alat atau objek untuk mencapai keuntungan pribadi.

  • How: Bagaimana Model Ini Diterapkan?

Model Buber dapat diterapkan dalam berbagai konteks, dari komunikasi sehari-hari hingga interaksi bisnis. Dalam praktiknya, komunikasi I-Thou menuntut kita untuk selalu melihat lawan bicara sebagai manusia yang setara dan berharga, bukan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Hal ini bisa diwujudkan dengan cara mendengarkan secara aktif, merespons dengan jujur, dan menghormati pendapat dan perasaan orang lain.

Sebaliknya, komunikasi I-It sering kali terjadi dalam konteks bisnis atau politik, di mana individu diperlakukan semata-mata sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh komunikasi I-It dapat dilihat dalam situasi di mana pelanggan atau pekerja diperlakukan secara instrumental oleh perusahaan, tanpa memperhatikan kebutuhan dan aspirasi mereka sebagai manusia.

3. Model Komunikasi Sosrokartono

 

Modul 5 - Etika Model Komunikasi Habermas
Modul 5 - Etika Model Komunikasi Habermas
  • What: Apa itu Model Komunikasi Sosrokartono?

Raden Mas Panji Sosrokartono adalah seorang intelektual Indonesia yang memperkenalkan konsep Catur Murti dalam komunikasi. Catur Murti adalah ajaran yang terdiri dari empat elemen utama:

  • Pikiran yang benar,
  • Perasaan yang benar,
  • Perkataan yang benar, dan
  • Perbuatan yang benar.

Ajaran Catur Murti ini menekankan keselarasan antara pikiran, perasaan, kata-kata, dan tindakan. Dalam komunikasi, keempat elemen ini harus bekerja secara harmonis agar tercipta komunikasi yang jujur dan bermoral.

  • Why: Mengapa Model Sosrokartono Penting?

Model komunikasi Sosrokartono relevan dalam konteks etika karena menuntut kejujuran dan integritas dalam setiap aspek komunikasi. Dalam era disinformasi dan manipulasi, ajaran Catur Murti menjadi sangat penting karena menuntut adanya keseimbangan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dikatakan, dan dilakukan oleh individu. Komunikasi yang etis, menurut Sosrokartono, adalah komunikasi yang transparan, jujur, dan didasarkan pada niat baik.

Sebagai contoh, dalam politik, seorang pemimpin yang mengadopsi ajaran Catur Murti akan selalu berusaha memastikan bahwa pidatonya mencerminkan pikiran, perasaan, dan tindakan yang benar. Pemimpin ini tidak hanya berbicara untuk memanipulasi opini publik, tetapi benar-benar bertindak berdasarkan niat baik untuk kesejahteraan rakyat.


  • How: Bagaimana Model Ini Diterapkan?

Dalam penerapannya, Catur Murti dapat diimplementasikan dengan cara:

  • Pikiran yang benar: Sebelum berkomunikasi, individu harus memastikan bahwa niatnya murni dan tidak didorong oleh kebencian atau ambisi pribadi.
  • Perasaan yang benar: Komunikasi harus didasarkan pada perasaan yang tulus dan tidak dibuat-buat.
  • Perkataan yang benar: Pesan yang disampaikan harus jujur dan tidak mengandung unsur penipuan.
  • Perbuatan yang benar: Tindakan yang diambil setelah komunikasi harus sesuai dengan apa yang telah dikatakan.

Sebagai contoh, dalam dunia bisnis, model ini dapat diterapkan dengan cara menjaga integritas dalam komunikasi internal maupun eksternal perusahaan. Perusahaan yang berkomunikasi dengan Catur Murti akan selalu mengutamakan kejujuran dan transparansi, baik dalam negosiasi dengan mitra bisnis maupun dalam berhubungan dengan karyawan.

Kesimpulan

Model komunikasi yang dikembangkan oleh Lasswell, Buber, dan Sosrokartono memberikan panduan etis yang berbeda namun saling melengkapi dalam memahami komunikasi modern. Lasswell menekankan tanggung jawab pengirim pesan terhadap efek yang dihasilkan oleh pesan tersebut. Buber berfokus pada kualitas hubungan interpersonal dan menuntut adanya kejujuran serta penghargaan dalam setiap interaksi. Sedangkan Sosrokartono menekankan keselarasan antara pikiran, perasaan, kata-kata, dan tindakan dalam setiap bentuk komunikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun