Mohon tunggu...
Meisita SaskiaHaerudini
Meisita SaskiaHaerudini Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

senang dalam menari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Hari Ibu & Puisi Masa Depan

12 Desember 2023   18:56 Diperbarui: 12 Desember 2023   19:17 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku berdecak kagum dari hasil pencarianku, sepertinya aku tak mampu seperti mereka. Aku tak bisa memanjakan ibuku ke suatu tempat yang indah saat ini, aku juga tak bisa membelikan hadiah dan kue tart untuk ibuku, dan aku juga tak pandai menuliskan caption-caption puitis tentang ibu ku di postinganku.

Aku merenung sesaat, memikirkan semua yang telah ibuku berikan padaku sejak di hari kelahiranku hingga detik ini. Apakah aku mampu membalas semua jasa-jasanya padaku? Hal apa yang bisa kulakukkan untuk membalasnya? Aku bingung memikirkan jawaban dari pertanyaanku.

Sungguh hebatnya dirimu bu, yang telah memberikan seluruh jiwa dan hidupmu pada diriku, anakmu. 15 tahun lamanya kau merawatku, membimbingku, dan menyayangiku setulus hati. Hal ini membuatku makin mencintaimu, makin mengidolakanmu, kau benar-benar telah menjadi inspirasi sekaligus pahlawan bagi hidupku. Aku selalu iri padamu, pada kegigihanmu, ketabahan, dan kesabaranmu dalam menjadi hidupmu. Tak pernah di dengar di telingaku kau mengeluh dengan hidupmu, atau mungkin kau sengaja menyembunyikan semua keluh kesahmu dariku. Sungguh kau adalah inspirasi terbesar dihidupku..

 Kembali di 22 desember, aku masih ingin memperingati hari ibu seperti mereka diluar sana. Walaupun aku masih belum menemukan inspirasi bagaimana aku memperingati hari ibu. kupikir menelponmu dan mengucapakan “selamat hari ibu” sudah cukup sebagai simbolik peringatan hari ibu untukku. Mengingat aku tak punya budget yang cukup untuk membelikanmu hadiah apapun.

Aku menekan panggilan cepat nomor 1 di handphoneku, sebelum panggilannya tersambung, aku senyum-senyum sendiri melihat nama kontakmu di handphoneku. Aku sengaja memberi nama kontakmu “ibu kesayanganku”, alasannya sederhana agar aku selalu ingat bahwa, manusia ini lah yang paling aku sayangi dan dia adalah segalanya bagiku.

Saat panggilanku tersambung, seperti biasanya kau akan membrondingiku dengan berbagai pertanyaan yang sudah terlalu sering kau tanyakan, aku sudah bisa menghafalnya. “ibu ada dimana?apa yang ibu lakukan?apakah ibu sudah makan?”. Pertanyaan-pertanyaan ini tiba-tiba saja menggoyahkan hatiku, kata-kata “selamat hari ibu” yang tadinya ingin kusampaikan padanya tiba-tiba lenyap entah kemana.

 Kini aku ragu ingin mengucapkan “selamat hari ibu”  padanya. Aku ragu kau akan tahu apa itu hari ibu. Aku bahkan ragu kau bisa tahu bahwa disetiap tahunnya ada perayaan hari ibu. Mengingat sebelumnya aku memang tak pernah merayakannya, dan kau juga buka tipe ibu-ibu “Modern Mom” yang mengikuti perkembangan zaman. Sudahlah kuputuskan untuk melupakan niatanku tadi, aku hanya akan menelpon seperti biasanya.

        Setelah sambungan telpon kita terputus, aku tak lagi bingung dengan cara ku memperingati hari ibu. Toh aku juga tak tahu ada peristiwa apa sehingga di 22 desember sehingga diperingati menjadi hari ibu. Yang kutahu aku mencintaimu di setiap harinya, dan bagiku hari ibu adalah tiap hari dalam hidupku yang kuhabiskan denganmu, dengan mencintaimu.

        Hingga saat ini aku masih belum mampu memberikanmu apapun. Walaupun kutahu kau memang tak pernah mengharap balasan apapun dariku. Aku hanya tau meminta darimu. Sebagai balasannya aku selalu meminta pada Tuhan untuk selalu memberi kesehatan, ketabahan, keberkahan dan kebahagian dalam menjalani hidupmu, menemani hidupku dan menikmati hidup kita.

        Walaupun nanti semua orang membenciku, semua orang enggan bersamaku, bahkan apabila seluruh dunia berpaling dariku, akan tertutupi dengan hadirnya dirimu.

Sungguh aku mencintaimu, bu..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun