Mohon tunggu...
Meisha Mukti W
Meisha Mukti W Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Feature Pasar: Menilik Pasar Legendaris, Kebayoran Lama

25 Juni 2023   21:35 Diperbarui: 25 Juni 2023   22:12 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdesakan dan berdiri di gerbong 5 kereta communter line tidak menyulutkan semangat pagi ini mengunjungi Pasar Kebayoran Lama. Sambil menerobos keramaian dan himpitan orang-orang yang ingin keluar dari stasiun, aku  mengecek Google Maps untuk memastikan lokasi dari Pasar Loak Kebayoran Lama. Letaknya yang berdampingan dengan Stasiun Kebayoran, Jakarta Selatan tersebut membuatku mendengar jelas hiruk pikuk aktivitas yang terjadi di pasar itu dari dalam stasiun.

Suara klakson angkutan umum dan tukang parkir yang membantu ibu-ibu memarkirkan motornya menyambutku. Tidak banyak perbedaan antara Pasar Kebayoran Lama dengan pasar pada umumnya. Pasar Kebayoran Lama pagi hari ramai dikunjungi ibu rumah tangga yang berbelanja bahan pangan. Pedagang ikan yang cekatan membersihkan ikan, penjual pisang yang menata barang dagangannya hingga pedagang es krim dung-dung yang sudah siap menawarkan jualannya menjadi pemandangan yang menyenangkan untuk direkam di memori.

Berjalan ke dalam, aku mencari tempat dijualnya barang-barang thrifting. Baru-baru ini thrifting atau aktivitas membeli produk-produk bekas yang masih layak pakai sedang tren di kalangan anak muda. Tidak ingin ketinggalan tren terbaru, aku ingin mencoba mengetes keahlianku dalam mencari produk bekas yang berkualitas dengan harga yang ramah dikantong pelajar.

Masuk ke dalam pasar, deretan kios penjual pakaian berjejer berharap disinggahi. "boleh teh mau cari apa" pertanyaan yang terdengar dari awal aku masuk ke dalam pasar ini. Gelengan kepala dan senyum menyipit menjadi jawabanku menjawab pertanyaan tersebut. Pasar Kebayoran Lama ternyata sudah terbagi-bagi. Di sisi depan merupakan kios menjual kebutuhan sandang seperti sepatu, pakaian, dan lain sebagainya. Sedikit ke belakang, tercium campuran bau antara aroma sayuran segar, amis daging dan ikan, wangi buah-buahan, dan asamnya sisa sayuran busuk membuatku mengenal tempat yang menjadi pusat perdagangan kebutuhan pangan tersebut berada di tengah hingga ujung pasar.

Terus berjalan mencari tempat yang sedari awal menjadi incaran, aku menemukan tempat yang agak sepi. Hanya diisi oleh suara pedagang yang menyambut hangat seperti melihat hewan peliharaannya yang sudah lama tidak datang. Dibawah fly over Kebayoran Lama, berjejer penjual aksesoris bekas seperti dompet, jam, pajangan, hingga barang antik. Terlihat hamparan, tikar, tenda, hingga pondasi dengan kayu permanen yang digunakan oleh pedagang untuk menggelar barang dagangan mereka.

Semakin kedalam aku melihat pedagang pakaian yang sedang merapikan dagangannya berdampingan dengan penjual kandang burung. Sekilas, pakaian tersebut tidak jauh berbeda dengan yang dijual di dalam kios pasar. Namun, setelah diteliti lebih dalam, ternyata pakaian itu merupakan barang thrifting yang menjadi tujuanku datang ke pasar ini. 

Sambil melihat-lihat pakaian, seorang perempuan paruh baya menghampiri dan bertanya kepadaku "mau cari yang kayak gimana neng?" sambil terkejut aku menjawab ingin melihat-lihat lebih dulu barang dagangannya. Seakan tahu tujuanku, perempuan yang sudah tidak terlihat muda tersebut menawarkan celana bermerk, uniqlo ujarnya. Merasa tertarik aku mengambil celana yang ia berikan. Dengan rasa penasaran, aku memberanikan diri bertanya mengenai profesinya sebagai penjual produk bekas di Pasar Loak Kebayoran Lama. Setelah berbincang, kini aku tahu perempuan paruh baya itu bernama Eni (55).

Di usianya yang sekarang, ia menceritakan pekerjaannya yang berjualan produk bekas setiap hari dari pukul 07.00-18.00 WIB. Mengikuti pasar zaman sekarang, ia menjual barang bekas branded seperti uniqlo, h&m, nike, dan adidas. Harga yang ditawarkan pun sangat ramah di kantong pelajar, mulai dari Rp30 ribu hingga Rp70 ribu rupiah

Ditengah maraknya jual beli online, Eni menceritakan sulitnya mendapat pelanggan. Terutama pada masa pandemi Covid-19 yang lalu, mobilitas yang dibatasi berdampak besar pada pekerjaannya. Daya beli masyarakat yang menurun, berakibat menurunnya pula hasil penjualan dagangannya.

Lapaknya yang berada di bawah fly over Kebayoran Lama, kadang kala disambangi oleh Satpol PP yang berpatroli untuk meminta pedagang meminggirkan barang dagangannya. Jika sedang tidak beruntung, adakalanya Satpol PP melakukan razia dengan menyita barang dagangan mereka. Alasannya adalah lokasi pedagang yang menggelar barang dagangannya hingga ke bahu jalan dan mengganggu pengendara lain yang ingin lewat. Eni bercerita sebenarnya terdapat pilihan lain jika tidak ingin terkena gusur, yakni dengan menyewa lapak seharga Rp3.000 setiap harinya.

Yang menarik adalah Eni menceritakan bahwa pedagang barang bekas di Pasar Loak Kebayoran Lama ini kebanyakan merupakan perantau. Namun, perantau tersebut didominasi oleh mereka yang berasal dari Kuningan, Jawa Barat. Eni menceritakan bahwa dirinya dan mayoritas pedagang disana memiliki hubungan kerabat atau saudara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun