Masih zaman emang berkebaya? Apa gak terlalu kuno ya pakai pakaian bernuansa batik?. Padahal berbatik dan berkebaya merupakan dua unsur penting dalam warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam loh. Namun sebelumnya, kalian tau apa arti budaya sendiri?
Budaya dalam pandangan warisan sosial dan tradisi yaitu mengacu pada sejarah suatu bangsa, wilayah, atau sekelompok orang, dan tradisi, adat istiadat, seni kerajinan, arsitektur, musik, dan lukisan. Seperti kita ketahui akhir akhir ini muncul tren di media sosial dimana anak muda berkain dan dijadikan suatu challenge untuk berani menormalisasikan berkain batik atau berkebaya untuk digunakan pada keseharian seperti pergi ke mall, nongkrong, bahkan menjadi outfit yang bukan hanya digunakan pada acara formal saja.
Nah hal ini dapat kita manfaatkan untuk mengubah pandangan anak muda terhadap peran batik dan berkebaya, bahkan secara tidak langsung anak muda yang ikut tren ini bisa turut melestarikan dan merawat identitas budaya berbatik dan berkebaya indonesia.Â
Berdasarkan situs Intangible Culture Heritage UNESCO tercatat Indonesia memiliki 12 warisan budaya tak benda yang telah diakui, salah satunya batik. Secara etimologis istilah batik berasal dari bahasa Jawa yaitu ambatik. Amba berarti kain lebar, sedangkan dalam bahasa Jawa titik merupakan kata kerja yang berarti membuat titik. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa batik terdiri dari titik-titik yang digambar pada kain berukuran besar sehingga menghasilkan corak yang indah, sebagaimana dikutip dalam buku Kebanggaan Indonesia, Batik Menjadi Warisan Dunia  Dodi Mawardi.Â
Pandangan anak muda tentang batik dan kebaya bermacam-macam dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebagian generasi muda mengapresiasi nilai sejarah dan seni batik sebagai warisan tradisional dan simbol jati diri bangsa. Di sisi lain, sebagian anak muda merasa kebaya tidak nyaman dan dapat membatasi gerak si pemakai, sehingga mereka lebih memilih pakaian yang lebih nyaman dan menyenangkan. Berdasarkan Karya Auguste Comte dan Herbert Spencer hal ini berkaitan dengan teori evolusi sosiologi.
Teori ini tidak hanya berkaitan dengan perubahan sosial saja namun dapat digunakan untuk memahami bagaimana tren mode dan gaya berpakaian berkembang dari masa ke masa dimana dahulu orang-orang berpakaian menggunakan kain batik atau kebaya. Namun akibat adanya perkembangan zaman, berpakaian seperti ini sudah mulai luntur dan digantikan oleh pakaian yang lebih modern seperti jeans, kaos, kemeja, dll. Saat ini ketika berkembang nya media sosial seperti Instagram, TikTok, dll  banyak anak muda yang mulai membesarkan kembali nama berbatik atau berkebaya sehingga anak muda zaman sekarang mulai memakai kain batik atau kebaya.Â
Peran anak muda dalam merawat identitas budaya merupakan peran yang penting salah satunya dengan cara berbatik dan berkain. Kita sebagai anak muda bisa memanfaatkan jejaring sosial media yang sudah berkembang dengan pesat untuk melestarikan dan mengenalkan warisan budaya kita salah satunya batik kepada orang-orang diluar sana dan mengubah pandangan anak muda lain terhadap gaya berpakaian batik dan kebaya. Jangan sampai hal ini luntur oleh kita sendiri, apalagi ketika warisan budaya Indonesia diklaim oleh negara lain. Maka ketika hal itu terjadi, peran anak muda Indonesia dalam merawat dan menjaga identitas budaya sudah gagal. Diharapkan pandangan anak muda terhadap peran berbatik dan berkebaya dapat berubah menjadi lebih positif dan menghargai warisan budaya tradisional Indonesia.
Oleh: Meiziya Asira Deliyanti (2300376)
      Rahayu Nur Faiza (2311234)
REFERENSI
Syam, A. M. (2021, Juny 24). PMM 28 UMM Canangkan "Gerakan Remaja Berkain". Retrieved from kompasiana.com: https://www.kompasiana.com/pmm28_karangwidoro/60d477929b65000ac411b642/pmm-28-umm-canangkan-gerakan-remaja-berkain