Mohon tunggu...
Mei Normasari
Mei Normasari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Simple girl :D

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Taman Sari Yogyakarta

23 Desember 2012   15:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:09 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah situs bekas taman aau kebun istana Keraton Yogyakarta. Kebun ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku buwana 1 pada tahun 1758-1765. Awalnya taman yang mendapatkan sebutan “ The Fragrant Garden”memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa kolam pemandian, kanal air, jembatan gantung, gedung, danau buatan, pulau buatan dan lorong bawah tanah. Kebun ini mulanya membentang dari barat daya kompleks kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini Taman Sari hanya berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.

Taman Sari Keraton Yogyakarta ini mempunyai dua pintu gerbang utama, yaitu Gapuro Agung (yang berada di sebelah barat) dan Gapuro Panggung (yang berada di sebelah timur) atau saat ini (tahun 2007) di gunakan sebagai pintu masuk utama Kompleks Taman Sari. Kompleks Taman Sari tersebut dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di barat kompleks Taman Sari. Bagian kedua adalan bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan . Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati di selatan Kompleks Taman Sari tersebut. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas kearah timur tenggara kompleks Magangan.Gemuling bangunan yang membentuk lingkaran di gunakan sebagai tempat doa. Gemuling ini merupakan terowongan bawah tanah dan penerangan yang digunakan adalah lampu tua.Bangunan tersebut dimaksudkan sebagai bangunan yang dapat dipergunakan untuk meneteramkan hati, istirahat, dan berekreasi. sarana ibadah.

Ada dua versi cerita tentang pembangunan Pesanggrahan Kompleks Taman Sari yang pertama diceritakan bahwa di Mancingan (mancingan adalah suatu daerah yang ada di daerah pantai selatan Yogyakarta) terdapat seseorang yang aneh dan tidak diketahui asal-usulnya. Masyarakat di daerah tersebut banyak yang menduga bahwa seseorang tersebut adalah sebangsa jin atau biasa disebut penghuni hutan. Masyarakat bisa beranggapan demikian karena seseorang tersebut menggunakan bahasa yang tidak dipahami oleh masyarakat sekitar. Kemudian oleh masyarakat, orang tersebut di bawa untuk berhadapankan kepada Sultan Hamengku buwana II. Lalu beliau berkenan mengambil orang tersebut sbagai abdi. Setelah beberapa menjadi abdi, orang itupun dapat berbahasa jawa.Seseorang itu pun mengaku sebagai orang portugis.orang pertugis itu kemudian dijadikan sebagai abdi yang mengepalai pembuatan bangunan komplek tersebut. Sultan Hamengku Buwana II pun memerintahkan orang tersebut untuk membuat benteng. Beliau amat berkenan atas hasil kerja orang portugis tersebut.karena hasil kerjanya itu, Sultan kemudian memberikan kedudukan sebagai demang, maka orang itu terkenal dengan nama Demang Portegis. Oleh karena itu pula bangunan Pesanggrahan Taman Sari tersebut menunjukkan unsur seni bangunan yang berasal dari Eropa ( Portugis ).

Versi kedua adalah bahwa pada suatu ketika bupati madiun yang waktu itu bernama raden Rangga Prawirasentika, yang telah banyak berjasa kepada Sultan Hamengku Buwana I memohon kepada beliau supaya dibebaskan dari kewajiban membayar pajak daerah yang selama ini dilakuakn sebanyak dua kali dalam setahun. Bupati Madiun tersebut hanya menyanggupi bila ada permintaan-permintaan khusus Sultan Hamengku Buwana I untuk memenuhi kelengkapan hiasan dan kemegahan keraton tersebut. Beliau pun mengabulkan permohonan itu. Oleh beliau pun Bupati Madiun diperintahkan untuk membuat gamelan Sekaten sebagai pelengkap dari gamelan Sekaten yang berasal dari Surakarta. Di samping itu, Sultan Hamengku Buwana I juga memerintahkan kepada Bupati Madiun tersebut untuk dibuatkan jempana (tandu) sebagai kendaraan mempelai putri Sultan Hamengku Buwana I. tahun 1684 Bupati Madiun di perintahkan untuk membuat batu bata dan kelengkapannya untuk persiapan membangun pertamanan yang indah sebagai sarana untuk menenteramkan hati beliau. Beliau menghendaki demikian karena beliau baru saja menyelesaikan tugas beratnya( perang) yang berlangsung cukup lama. Pembangunan tempat peraduan dan bangunan urung-urung (gorong-gorong) yang menuju keraton yang sering disebut juga Gua Siluman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun