Mohon tunggu...
Mei Normasari
Mei Normasari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Simple girl :D

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kuliner Surabaya "Lontong Balap dan Rujak Cingur"

9 Desember 2012   05:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:57 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Dewasa ini Negara ini adalah Negara yang kaya akan makanan khas dari berbagai daerah. Kekayaan kuliner nusantara memang tak terkira banyaknya. Setiap daerah pasti mempunyai makanan khasnya masing-masing. Salah satunya adalah provinsi jawa timur,yaitu Surabaya. Surabaya selain di kenal dengan kota pahlawan, juga banyak sekali makanan khas yang berasal dari kota tersebut. Salah satu kuliner yang sangat terkenal di Surabaya adalah lontong balap. Dari namanya saja sudah unik,khas dan sangat menggelitik, lontong kok bisa di buat balapan. Banyak versi tentang asal mula lontong balap ini muncul, dahulu lontong balap ini masih dijual dalam kemaron besar (yang terbuat dari tanah liat yang dibakar, yang sangat berat, besar dan dipikul berkeliling kota Surabaya. Kemaron besar yaitu wadah yang terbuat dari tanah liat yang dibakar agar menjadi warna merah bata. Karena bobot kemaron yang sangat berat, dengan zaman yang sudah maju ini,sekarang kemaron diganti dengan panci yang biasa dipakai banyak ibu-ibu untuk memasak yang terbuat dari logam.

Para penjual lontong balap ini, untuk berebut mencari pembeli di perjalanan, dan di pasar mereka berebut berjalan cepat-cepat menuju pos terakhir mereka menjajakan dagangannya di pasar wonokromo , dari jalan cepat ini menimbulkan banyak pendapat bahwa berpacu sesama penjual (dalam bahasa jawa : balapan ), dari balapan itulah kemudian dikenal dengan nama lontong balap. Ada versi lain dari cerita tentang asal mula lontong balap ini mubncul, ada juga yang menyebutkan karena dahulu yang berjualan makanan ini banyak yang tinggal di pinggiran kota Surabaya, jadi kalau mau jualan harus berlomba-lomba menaikkan dagangannya ke dalam kereta, hal ini menimbulkan kesan seperti balapan.

Penjual lontong balap pada zaman dahulu didominasi oleh banyak penjual yang dari Kampung Kutisari dan Kendangsari yang sekarang ini sudah menjadi Surabaya wilayah selatan. Dari kampung Kutisarilah makanan lontong balap itu berasal. Kedua kampung tersebut, Kampung Kutisari dan kampung Kendangsari sama-sama berjarak lebih kurang 5 km dari Pasar Wonokromo yang sekarang ini sudah berubah nama menjadi DTC, nama tempat yang diambil ini pun sangat melekat dan juga menjadi cirri khas nama makanan "Lontong Balap Wonokromo" yang untuk masa/zaman sekarang ini disebut dengan lontong balap. Pada zaman sekarang makanan lontong balap ini sering di jumpai dan di jual di kereta-kereta dorong dan warung - warung, meski makanan lontong balap ini dulu dengan sekarang sangat beda dari cara berjualanny, tapi namanya tidak berubah, dan tetap lontong balap. Makanan lontong balap ini terdiri dari lontong, tauge, tahu goreng, lentho, bawang goring, kecap dan sambal. Tak ketinggalan juga sambal petisnya.

Selain lontong balap, Surabaya juga mempunyai makana khas lainnya yang tidak kalah terkenal dan enak, yaitu Rujak cingur. Makanan khas Surabaya ini sungguh sangat menantang penikmatnya. Makanan ini terbuat dari beraneka macam buah-buahan seperti (kedondong, mangga muda, nanas, belimbing, bengkuang, mentimun krai segar(sejenis dengan mentimun) ). Ada juga sayur-sayuran seperti (krai rebus, kangkung, kacang panjang, dan kecamba), tempe goreng, tahu goreng, lontong , dan tidak ketinggalan juga cingur dan kerupuknya. Makanan ini sangat bergizi dan memenuhi syarat untuk makanan sehat.

Bagi pecinta kuliner yang belum pernah mencoba makanan ini, tantangan pertama terletak pada tampilan makanan ini yang campur aduk, berwarna hitam, terkesan jorok, dan sekilas terlihat bumbunya yang tercampur rata tampak lebih kotor dari lumpur. Warna hitam yang diciptakan makanan ini berasal dari petis udang yang diuleg bersama cabai, kacang tanah, bawang putih yang sudah di goreng , pisang batu muda, terasi, garam, dan gula.
Tantangan selanjutnya terletak pada rasanya yang juga campur aduk seperti penampilannya. Sakingasamnya buah kedondong dan mangga muda, sementara mulut harus kepedasan, sesekali ditingkah kriuk-kriuk suara gigitan kerupuk. Ada rasa manisnya juga, dari buah belimbing dan nanas. Asin, kalau kebanyakan garam. Bahkan kadang sedikit pahit, kalau kacang gorengnya gosong, dijamin mata bisa merem- melek. Tantangan ketiga terletak pada cingurnya itu sendiri. Seperti daging empuk yang kenyal-kenyal, dan yang dinamakan cingur itu sebenarnya adalah moncongnya sapi. Sekalipun makanan ini awalnya mengerikan, namun tidak bisa dipungkiri kelezatannya.

Inilah sedikit pengalaman kuliner yang saya tahu, semoga dapat menjadikan refrensi bagi kalian yang suka berkuliner.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun