Mohon tunggu...
Maini Anggita
Maini Anggita Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Emaknya kafka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menyelami Surga di Sabang

8 November 2015   17:28 Diperbarui: 8 November 2015   18:10 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Pernah melihat surga? atau pernah mimpi ke surga? gak pernah ya. Tenang, saya akan mengajak anda semua menyelam ke surga. Gak percaya? ya sebaiknya Anda jangan percaya saya dan jangan percaya siapa pun sebelum datang sendiri ke surganya Indonesia, Sabang. Tapi biarkanlah saya menggambarkan indahnya Pulau Sabang ini kepada Anda.

"Ikan nemo sembunyi di balik terumbu karang"]

[caption caption="Lion fish bersembunyi saat difoto"]
[caption caption="bangkai sepeda motor sisa tsunami"]
Saya tiba di Banda Aceh setelah menempuh perjalanan dari Medan selama 11 jam naik bus pariwisata Sempati Star. Bus berhenti pada tujuan akhir di Terminal Banda Aceh. Tarif bus pariwisata beragam, mulai 160 ribu hingga 210 ribu rupiah. Anda pun bisa sesuaikan dengan budget perjalanan. Selanjutnya, saya menuju Pelabuhan Ulee Lheu mengendarai becak motor dengan tarif 30 ribu. Saya tiba di Banda Aceh pukul 06.00 WIB sedangkan jadwal penyebrangan kapal ferry pukul 10.00 WIB masih banyak waktu bersantai menikmati suasana Kota Banda Aceh yang permai. Tujuannya adalah berfoto di mesjid Baiturrahman, Banda Aceh. Kemudian makan Lontong dan minum kopi hitam khas Aceh. Cuma satu kata yang bisa saya ungkapkan "Nikmat!"

Tak ada tampak sisa-sisa konflik lagi, tak ada lagi luka sisa tsunami pada raut wajah warga Aceh. Sepertinya mereka sudah bangkit dari keterpurukan yg melanda bumi mereka Serambi Mekah. Saya begitu antusias mendengar cerita abang becak tentang ulama-ulama besar Aceh pada zaman dulu sembari menuju Pelabuhan Ulee Lheu. Bila Anda tertarik dengan sejarah Aceh, bacalah buku Aceh Sepanjang Abad jilid I dan II karangan Mohammad Said salah satu pendiri Harian Waspada.

Saya menumpang kapal cepat, ferry Ekspress Baru dengan tarif 85 ribu. Menempuh perjalanan 45 menit dari Pelabuhan Ulee Lheu ke Pelabuhan Balohan, Sabang. Jika Anda ingin yang lebih murah, tunggulah kapal lambat dengan tarif 25 ribu rupiah per orang berangkat pukul 11.00 WIB waktu tempuhnya 1 jam. Untuk menjelajahi Sabang Anda cukup menyewa sepeda motor seharga 100 ribu per hari. Tak pikir panjang lagi saya langsung menuju titik kilometer 0 Indonesia, di sana terdapat tugu dan prasasti kilometer 0. Kebetulan saat itu tugu kilometer 0 sedang direnovasi. Tujuan selanjutnya adalah pantai.

Pulau terdepan Indonesia ini menyimpan surga bawah laut yg sangat indah. Tepatnya berada di kawasan Iboih kecamatan Suka Karya. Terdapat beberapa pantai di kawasan ini yg patut Anda kunjungi, salah satunya Pantai Teupin Layeuh. Wisata bahari di Pantai Teupin Layeuh memang tak sehebat pantai-pantai di Bali lantaran belum dikelola secara profesional, namun ketika Anda menyelam lebih dalam pasti Anda akan terkagum-kagum melihat indahnya ekosistem bawah laut dan jernihnya air  berwarna hijau toska. Anda pun bisa berinteraksi langsung dengan aneka biota laut seperti ikan dan terumbu karang yang sangat memanjakan mata. Ikan jenis Lionfish,nemo,butterflyfish dan ikan gembul akan berenang mengitari Anda.

Saran saya jika Anda sudah berada di Sabang, bersenang-senang lah! hirup napas dalam-dalam hingga oksigen memenuhi paru-parumu. Lupakan sejenak problematika hidup, ombak di pantai begitu garang untuk orang bermasalah.

Pengelola Pantai Teupin Layeuh menyediakan beberapa sarana untuk wisatawan yang ingin menikmati pesona bawah laut. Yakni snorkling dan diving, dulu pernah ada banana boat. Saya sendiri lebih suka snorkling karena lebih safety. Jangan takut, Anda akan dipandu snorkling guide ataupun diving guide bila ingin menikmati salah satu aktifitas menyelam ini. Tentunya para guide yang berpengalaman dan sudah punya sertifikat. Spot-spot snorkling sendiri berada di Pulau Rubiah tak jauh dari kawasan Pantai Teupin Layeuh, hanya menyeberang naik sampan boat tak lebih 10 menit. 

Itulah sepenggal ceritaku di Pulau Sabang, mudah-mudahan saya sempat menjelajahi titik 0 paling ujung Indonesia, Merauke. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun