Mohon tunggu...
Maini Anggita
Maini Anggita Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Emaknya kafka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gadis Aceh Itu, Kini....

17 April 2012   06:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:31 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gadis Aceh Itu, Kini.......

Gempa kembali singgah di bumi Aceh pada Rabu, awal Maret lalu. Ketika gempa berkekuatan 8,5 skala richter itu mengguncang Simeulu, ia tengah berada di sekolah. Sempat terlintas di benaknya peristiwa 8 tahun lalu, saat tsunami meluluhlantakkan kampung halamannya. Tapi bayangan suram itu segera ditepisnya, karena kini ia bahagia menata masa depannya bersama anak-anak di asrama Rumah Anak Madani (RAM).

Benar saja, tatkala aku menyambanginya ke asrama RAM, Pasar 7 Helvetia, senyum sumringah menyambut kedatangannku. Suaranya nyaring kalau berbicara dan setiap akhir kata ia selalu tersenyum. Siapakah dia? Dia adalah gadis Aceh namanya Lilis, kulitnya hitam manis, dan hobinya menulis.

Lilis, menceritakan pengalamannya itu kepadaku. Terus terang aku senang mendengar ceritanya dan keceriaanya.

Lilis berasal dari Kota Banda Aceh, ia merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Ia masuk ke RAM direkomendasikan oleh guru SDnya. Waktu itu ia masih duduk di kelas 6 SD. Awalnya, kedua orang tua Lilis tidak mengijinkannya pergi. Orang tuanya khuatir, karena ia tidak pernah pergi jauh dan tidak pernah lepas dari pengawasan orang tua. Namun, setelah para guru memberikan pengertian ke pada orang tua dan memang ini kehendak Lilis, akhirnya ia pun masuk ke RAM.

Lilis, dulunya sedih dan tak sanggup menanggung cobaan dari Tuhan tapi, kini ia bahagia. Gadis Aceh itu, kini sudah dewasa dan terlihat menarik. Sisa-sisa kesedihan pun tak tampak di raut wajahnya yang cantik. “Sudah happy la, yang dulu-dulu udah nggak ingat lagi, soalnya di sini teman-temannya asyik. Trus di sini kita diajari banyak hal,” terangnya sambil tertawa.

Sekarang ia duduk di kelas XII di sekolah swasta PAB. Menjelang ujian nasioal ia telah belajar keras agar dapat tembus di universitas ternama di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia. Di UI ia ingin mengambil bidang kedokteran.

Tsunami telah merenggut dua saudaranya. Kakak dan adiknya. Lilis mengaku, saat tsunami ayahnya tengah melaut, sedangkan ia bersama ibu dan abangnya di rumah. Kakak dan adiknya sedang berada di luar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun