Mohon tunggu...
Maini Anggita
Maini Anggita Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Emaknya kafka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gadis Rohingya: I Will Go to Australia

12 Agustus 2012   19:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:53 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_206432" align="aligncenter" width="507" caption="Ilustrasi/Admin (AFP)"][/caption]

Ketika itu sedang ada lawatan elit pejabat yang sepintas terlihat peduli padahal tidak. Lawatannya juga terkesan ikut-ikutan. Maklum saja, dengan alasan yang beragam si pejabat seolah menunjukkan simpatinya terhadap suku Rohingya itu. Tampang si pejabat itu sama seperti pejabat lainnya, dandanannya necis. Pakai kemeja batik merah hati. Rambutnya klinis disisir belah pinggir. Tampak seperti mengayomi kalau berbicara, padahal bacrit, tak heran perutnya pun buncit. Ia mengaku berasal dari perwakilan DPD RI. Dia bilang "Sebagai sesama manusia, serta atas nama HAM suku Rohingya berhak mendapatkan perhatian dan dukungan dari dunia terutama masyarakat Indonesia" Normatif sekali pernyataannya. Yang mendengarnya pun bosan. Namanya diundang plus mencuri kesempatan. Kalau gak ikut nimbrung ke pejabat ini, sulit dapat ijin menwawancarai suku Rohingya di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan, Jalan Selebes. Di Rudenim inilah, para imigran asal Myanmar ditampung. Jumlah mereka sebanyak 36 orang. Terdiri dari 5 wanita dewasa, 8 anak-anak, dan 21 laki-laki dewasa. Namun sayang, para imigran ini belum mendapatkan status imigrasi. Status mereka sebagai pengungsi belum jelas. Kepala Rudenim Belawan, P. Sinaga bilang status mereka masih menunggu proses dari United Nation High Commisiner for Refugees (UNHCR). Tak sengaja aku mendekat dengan seorang gadis Rohingya. Namanya Nur Azizah, usianya 15 tahun dan ia mengenakan kerudung hitam saat itu. Walau ia dan aku juga terbata-bata bicara Bahasa Inggris, tapi aku mengerti maksudnya. "you so beautiful" "You too" Hatiku berkata saat ia bilang aku cantik, kalo soal itu gak perlu sanksi soalnya dunia sudah mengakuinya. Azizah mengutarakan perasaanya kepadaku. Di sini (Red, Rudenim), ia merasa nyaman. Dia dan keluarga bisa menjalankan ibadah puasa dengan tenang. Tidak seperti di kampung halamannya, dilarang sholat maupun puasa. Gadis manis ini, tiba di Indonesia setelah singgah di Malaysia. Ayah, ibu dan kedua saudaranya ikut mengungsi ke tempat yang aman. Ada satu hal yang ingin dicapainya, yakni ia ingin bersekolah. "I want study here, if I can not study here i will go to Australia," ungkapnya terbata-bata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun