Mohon tunggu...
Meina Febriani
Meina Febriani Mohon Tunggu... -

Aku adalah pohon kurma yang bisa hidup di gurun, aku adalah pohon yang selalu memberikan buah yang manis walau dilempari batu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sempurna

7 Juli 2011   11:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:52 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Kau tak perlu menjadi sempurna karena memang tak ada yang sempurna. Hanya senyumanmu yang kubutuhkan, yang manis.”


Lebih kurang begitulah syair lagu dari Slank.
“Sempurna” sebuah kata yang diagungkan terutama ketika kita mencari cinta.
Dulu sempat berpikir seperti itu, bahwa aku harus mencari cinta yang sempurna tapi aku sempat melupakan sebuah hal bahwa tak ada insan yang sempurna. Aku pun bukan perempuan yang sempurna, bagaimana bisa aku menemukan kaum Adam yang sempurna beserta cintanya yang juga sempurna?
Hati ini tergetar ketika membaca tulisan Asma Nadia dalam buku “Sakinah Bersamamu”
“Cinta bukanlah mencari pasangan yang sempurna, tapi menerima pasangan kita dengan sempurna. Ini memang bukan kisah cinta sempurna. Tetapi kisah dua anak manusia yang belajar menyempurnakan cinta. Belajar memberi, menerima, dan memperbarui cinta hingga mereka menutup mata.”
Ingatlah, jika kau mencari kesempurnaan maka nihil yang akan kau dapatkan. Jika hidup kita terasa tak indah maka tugas kita adalah membuat hidup kita menjadi indah. Bahagia itu datang dari diri sendiri bukan dari keadaan. Jadikan bahagia sebagai alasan hidup kita.
Cinta memang tak sempurna dan kitalah yang akan menyempurnakan cinta itu. Memberi dan menerima dengan sepenuh hati adalah cerminan dari rasa cinta. Kecantikan seorang perempuan akan semakin bersinar ketika ia mengerti arti mengasihi dan menyempurnakan hidupnya yang tak sempurna.
Hanya ingin sakinah bersamamu. Sebab tanpamu tak ada janji suci bagiku. Jadilah yang setia dalam ketidaksempurnaan.
Inspired by Asma Nadia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun