Kadang kita merasa benci dengan seseorang, benci dengan keadaan, benci dengan rutinitas, benci dengan semua orang hingga kita menjadi bosan bertingkah sebagai “orang baik” hingga jiwa serasa brutal. Ketika sesuatu yang dianggap baik seolah menjadi sebuah rutinitas tanpa sensasi yang melekat di hati, lalu apa yang akan terjadi? Bukankah brutal dan antagonis akan menjadi sebuah solusi yang hebat untuk melepas kepenatan hidup?
Seperti halnya kaki seorang bayi yang baru dilahirkan. Kecil, putih, bersih, wangi, lalu apa yang akan dilakukan kaki itu ketika menapak bumi maka kakinya yang suci akan penuh dengn lumuran dosa, kaki mungilnya berubah menjadi monster mengerikan yang kasar dan menjijikan oleh dunia yang bermandikan dosa. Sebuah dunia penuh hina yang menyamar menjadi nirwana.
Kesal memang kesal. Raga dan jiwa terasa letih dan kaku menjalani dunia yang selalu tersenyum palsu. Aku benci dengan semua ini. Apalagi sosok perempuan itu, sosok yang aku tak mau lagi melihat wujudnya. Sosok yang telah menghancurkan hidupku, dan bermuka topeng.
Mulanya perempuan itu datang dengan tersenyum manis, parasnya yang lugu dan menawan membuat hati ini merona jingga, tapi apa dikata itu adalah topeng kebusukannya, dunia ini busuk kawan.
Sama halnya dengan tuanku di tempatku bekerja, dia menawarkan imbalan padaku yang selangit tingginya, ternyata dia dusta, dia penipu dan tak ubahnya seperti mayat hidup yang hanya mampu berjalan dengan raganya yang busuk. Dia hidup, tapi jiwanya sudah mati. Sungguh pantas bila kusebut dia mayat.
Saat ini hatiku galau, berbagai tempaan hidup aku jalani.
Susah iya, tapi kenapa senang tak kunjung datang?
Apakah Tuhan adil?
Dulu waktu aku masih kecil, guru mengajiku pernah bilang bahwa Tuhan tak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan hamba-Nya, apakah Tuhan pernah berbohong? Atau jangan-jangan guru mengajikulah yang berbohong.
Oh tidak, akau harap semua ini hanya mimpi, aku ingin terbangun dengan kondisi yang nyaman, tapi begitu aku menampar pipiku. Aaaaauwwww, sakit yang kurasa, ternyata aku tak sedang bermimpi.
Tuhan, kali ini aku bersujud padamu, entah kapan kali terakhir aku bersujud pada-Mu yang kutahu sajadahku sekarang berdebu, sarungku sudah lapuk karena hanya kupakai untuk tidur, sedangkan kitabku? Mungkin terbawa ibu waktu dia menjual buku-bukuku di tukang rongsok.
Tuhan, apa Kau bisa menjawab tanyaku?
Tuhan mengapa kau mengutus perempuan itu? Mengutus orang-orang yang hanya bisa menghancurkan hidupku?
Tuhan, mengapa kau menciptakan neraka, bila ada surga yang begitu menyenangkan?
Aku terdiam,
Tapi tunggu....
Apa jangan-jangan Tuhan mengutus perempuan dan orang-orang itu untukku semata untuk mengujiku?
Apa jangan-jangan Tuhan menciptakan neraka, agar semua orang berusaha berbuat baik untuk mencium surga-Nya?
“Kadang kita memikirkan sesuatu hanya dari segi yang kita merasa “dirugikan” pernahkah kamu berpikir bahwa kesulitan-kesulitan yang sedang kamu rasakan adalah keseulitan “utusan” Tuhan yang dikirimkan untuk mengujimu? Ya tentu saja agar membuatmu lebih kuat.”
---Allah tak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan hamba-Nya ---
Be strong !!!
Semarang, 7 Januari 01.32 AM, dini hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H