Mohon tunggu...
Meina Febriani
Meina Febriani Mohon Tunggu... -

Aku adalah pohon kurma yang bisa hidup di gurun, aku adalah pohon yang selalu memberikan buah yang manis walau dilempari batu.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dunia Belum Kiamat bagi Anak yang Cacat

21 Mei 2011   06:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:24 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yeah, akhirnya hari itu aku ke YPAC (Yayasan Penyandang Anak Cacat) juga, setelah vakum selama dua minggu karena ngurusi lomba di kampus. Alhamdulillah kemarin waktu aku ke sana semua masih sama. Mereka masih terlihat ceria tanpa beban masalah, menikmati hidup dengan penuh senyuman yang menenangkan.

Jadi lupa, dulu aku pernah berjanji akan menceritakan pengalamanku ketika melihat mereka beraksi di ruang kesenian. Subhanallah ternyata mereka juga sangat lihai bermain alat musik, bernyanyi, dan jago berpantomim walau kenyataannya ketika mereka dihadapkan dengan angka dan huruf, mereka tak mampu berkutik, bahkan untuk mengurutkan 1-10 pun suatu ancaman untuk mereka.

Lama tak berkunjung rupanya tak menjadi masalah bagi Bu Nur, beliau masih setia menyambut kami dengan keramahannya yang super. Hari itu kami disuruh masuk ke dalam kelas, beliau bercerita berbagai pengalamannya dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus. Rupanya anak berkebutuhan khusus itu secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu anak yang cacat secara fisik (tunarungu, tunanetra, tunadaksa) dan anak yang mengalami keterbelakangan mental. Di YPAC, anak yang memiliki gangguan mental diantaranya anak autis, anak tunagrahita, dan anak down syndrom. Aku paling berminat untuk menyusuri lebih dalam tentang anak yang menderita down syndrom. Di sana aku melihat banyak sekali anak yang memiliki tipe wajah yang hampir sama, rupanya merekalah yang menderita down syndrom, karena gangguan tersebut membuat mereka meiliki tipe wajah yang khas (wajah kembar terbanyak di dunia). Anak-anak down syndrom memiliki kecerdasan yang sangat rendah, bahkan lebih rendah dari anak tunagrahita (idiot).

Aku baru sadar bahwa Riski (anak yang sangat lihai berpantomim) juga memiliki wajah yang khas. Ahh. . .ternyata benar, dia adalah penderita down syndrom. Dia sebenarnya sudah berusia 17 tahun, tapi badannya yang gempal dan mungil membuatnya terlihat sangat awet muda, bahkan dulu kali pertama bertemu aki mengira dia berusia 12 tahun. Di kelas dia tidak bisa membaca dan berhitung, tapi kata Bu Nur sekarang Riski sudah mengalami kemajuan, dia sudah bisa menulis di garis yang lurus dan dia sudah bisa melengkapi seretan angka yang rumpang, subhanallah. . Semangat Riski. ^_^

Aku sangat ingin menyusuri tentang kehidupan pribadi anak-anak yang berkebutuhan khusus, terutama tentang kondisi keuangan keluarga, saat mereka jatuh cinta, dan bagaimana dengan masa depan mereka. Menurut Bu Nur, tidak semua siswa SLB itu berasal dari keluarga yang mampu, banyak diantara mereka yang manunggak biaya bulananan, bahkan ada yang sampai berjuta-juta. Riski pun berasal dari keluarga yang kurang mampu. Hal yang paling seru untuk diperbincangkan adalah gaya pacaran mereka. Anak yang down syndrom dan tunagrahita rupanya juga memiliki selera, mereka dapat menentukan orang yang pantas menjadi pacar mereka, atau tidak. Hal yang cukup menakutkan adalah kecemburuan yang mereka punya. Ketika mereka melihat sang pacar sedang bersama orang lain maka mereka tak sungkan-sungkan untuk meluapkan emosinya, memukul orang yang sedang di dekat pacar, atau marah-marah tidak jelas.

Di antara anak-anak tersebut ada juga yang nge fans dengan Charly ST 12, kemana-mana yang dibawa adalah foto Charly, kalau belajar sammbil melihat foto Charly, dia langsung semangat, hmm andai Charly tahu semua ini, hihihi. Selain itu, mereka ada juga yang berprestasi menjadi juara dalam bidang olah raga, kesenian, dan ada juga yag sudah masuk dapur rekaman, subhanallah, semangat ya. . .

Nah, ini dia yang aku tunggu-tunggu, ada bocoran nih. Insya Allah tanggal 10 April pukul 08.00, kami akan mengundang Riski untuk pentas di Unnes yaitu di gedung B1 106 dalam rangka untuk membuka seminar “Pengajaran Apresiasi Sastra dan Mengenang Alm. Bapak Suharianto”yang akan disaksikan oleh ratusan guru dan mahasiswa. Kami akan menunjukkan pada dunia bahwa anak berkebutuhan khusus juga bisa berkarya.

Untuk Riski dan teman-teman yang luar biasa, semangat sayang, dunia tidak akan kiamat karena keterbatasanmu. Jadilah orang yang luar biasa karena segala kekurangan yang kamu punya. Tersenyumlah dan jadilah mutiara bagi orang tuamu. Riski, Jadilah pementas pantomim terbaik sedunia, jadilah cerdas di mata kami, dan buktikan pada dunia. Berkaryalah.

Dunia belum kiamat.

Semarang, 2 April 2011

04.17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun