Mohon tunggu...
Meina Febriani
Meina Febriani Mohon Tunggu... -

Aku adalah pohon kurma yang bisa hidup di gurun, aku adalah pohon yang selalu memberikan buah yang manis walau dilempari batu.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Anugerah Itu Bernama Pantomim

21 Mei 2011   06:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:24 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah hari ini kami sudah mencapai “gong” yaitu pementasan pantomim oleh Riski di depan Bapak Dekan, Bapak Kajur, Bapak Kaprodi, Ibu Sekjur, Bapak-Ibu dosen, serta 80 guru dan mahasiswa dari seluruh Jawa Tengah. Kami berharap lewat pementasan hari ini dapat menggugah kepedulian dan kesadaran kita bahwa setiap orang bisa “berkarya” dan “berkreasi”.

Riski, Seorang Anak Berkebutuhan Khusus

Seorang anak down syndrome, kurang lebih memiliki tingi badan 140 cm, berperawakan gendut, berkulit putih, dan wajah mirip ras Mongolia (ya memang begitulah ciri-ciri penderita down syndrome). Ia sebenarnya sudah kelas 1 SMA karena usianya yang sudah 17 tahun tapi Riski tak bisa menyebutkan namanya sendiri, bahkan kadang ia lupa siapa nama gurunya. Riski tak tahu dimana rumahnya, apalagi jumlah saudara kandungnya. Ia tak bisa membaca dan berhitung, apa lagi menulis.

Mencoba Berkomunikasi dengan Riski

Tadi pagi aku dan Riski sudah cukup banyak bercakap, ya walaupun kami tak tahu sedang memperbincangkan apa, yang penting Riski bisa tertawa, itu sudah membuatku merasa sukses “mengobrol” dengan anak yang memiliki keterbelakangan dalam kemampuan verbal itu. Dia hanya bisa mengucap “cape deh” (dengan gaya cape deh juga) jika sekiranya yang dia temui adalah hal yang lucu, kemudian ia tak sungkan untuk tersenyum dan melemparkan “kiss bye” nya pada setiap orang yang dia temui.

Belajar Bersama Riski

Terlintas saja di otakku untuk menguji Riski. Aku tuntun tangannya untuk memegang jemariku. Aku bilang satu, dua, tiga, empat, lima, kemudian aku menunjukkan bahwa jariku ada lima. Namun ketika Riski kutanya, ini ada berapa? Dia jawab “tiga”. Ya memang begitu, kemampuan Riski sangat rendah. Itulah yang sedang kupelajari, aku sangat penasaran dengan “Teknik/metode apa yang seharusnya digunakan?”

Anugerah itu Datang Melalui Pantomim

Keterbelakangan dan kekurangan Riski rupanya bukan alasan untuk membatasi kreasinya. Ajaib memang, seorang anak yang memiliki kecerdasan dan daya ingat yang rendah, rupanya bisa menghapal gerakan-gerakan pantomim, bahkan gerakan yang disuguhkannya sangat gemulai dan terkadang mengundang gelak tawa dari para penonton. Pertunjukkan pantomim di Gedung B1 106 hari ini sukses digelar, terima kasih atas bantuan semua pihak. Seluruh penonton tersihir olehmu Riski. Kesuksesan di tanganmu.

Semarang, 10 April 2011. (11.21)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun