Mohon tunggu...
Belle Rome
Belle Rome Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Life with everything\r\n\r\nhttp://meimeicamui.weebly.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dear supir angkot

16 Desember 2011   03:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:12 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku nggak tahu  ini yang keberapa kalinya mengeluh tentang angkot. Ok, yang salah bukan angkotnya, tapi supir angkotnya. Belakangan ini mulai marak pemberitaan tentang pemerkosaan di angkutan umum Ibukota. Mungkin, bukan belakangan ini aja hal itu terjadi. Tapi sudah sejak lama hal itu sering terjadi, tapi baru sekarang pemberitaannya mulai wara-wari. Entah karena si korban takut atau malu melaporkannya. Atau yang terparah mungkin si korban sudah tidak bernyawa sehingga berita duka itu menjadi senyap.

Keluhan yang sering bikin aku sakit kepala itu, kinerja supir angkot yang sistem kejar setorannya benar-benar tidak memikirkan budidaya “Waktu adalah uang”. Bagi mereka yang penting dapat uang penghasilan cukup atau lebih dari cukup.  Iya, aku tahu. Mereka adalah kepala keluarga yang mencari nafkah. Berusaha dapat banyak penumpang agar penghasilannya bisa mencukupi kebutuhan hidup. Tapi tahukah anda? Beberapa dari supir angkot ada yang mencari penumpang dengan cara menunggu lama di sudut-sudut lampu merah atau bisa juga di gang kecil yang biasanya sering dilintasi orang-orang, di depan gedung perkantoran atau sekolah. Dan mereka tidak memikirkan nasib penumpang yang sebelumnya sudah naik duluan, terburu-buru menuju suatu tempat. Mereka bahkan tidak memikirkan kemacetan yang ditimbulkan akibat angkot yang nge-tem di pinggir jalan.

Bagi sebagian orang, naik angkot menjadi semacam pilihan satu-satunya karena tidak mempunyai kendaraan, atau menjadi alternatif pilihan jika tidak dapat berkendaraan sendiri atau bus yang biasa kita tumpangi tidak ada, dan lain sebagainya. Di beberapa ruas jalan ibukota yang tidak dilalui angkot pun, tetap mengalami kemacetan karena volume kendaraan yang sangat banyak. Bayangkan kalau di tengah hirup pikuk kemacetan itu, terselip angkot juga? Apa iya kendaraan masih bisa bergerak?

Tapi, nggak semua supir angkot berperilaku buruk. Kadang aku juga sering bertemu supir angkot yang ramah, mengemudikannya cepat dan tidak bersikap kasar. Kalau yang sering aku perhatikan, di persimpangan lampu merah biasanya ada beberapa polisi lalulintas yang khusus untuk membersihkan angkot-angkot bandel yang menyebabkan kemacetan jalan. Lepas dari polisi lalulintas, kemacetan pasti merajela. Dan aku cuma bisa menghela nafas panjang.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun