Dalam Undang- undang  No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Program for Internasional Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi yang rendah.
Kampus mengajar adalah salah satu program yang dibuat oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang diperuntukan untuk semua mahasiswa Indonesia karena mahasiswa adalah agen perubahan yang dituntut untuk melakukan aksi nyata. Program kampus mengajar ini mengajak mahasiswa untuk melakukan perubahan bagi sekolah- sekolah khususnya sekolah yang berada pada daerah 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal).
Program kampus mengajar ini berfokus pada bantuan pembelajaran di sekolah, peningkatan literasi dan numerasi, adaptasi teknologi, perbantuan administrasi sekolah dan hal- hal lainnya yang bisa membantu sekolah supaya sekolah berkembang.
Saya, Meilla Wulan Faridawati mahasiswi yang lolos program kampus mengajar angkatan 3 dimana saya ditempatkan di SDN 2 Wangunsari Lembang, Jawa Barat. Saya ditemani oleh 2 orang hebat lainnya yang sama- sama lolos dan ditempatkan di SDN 2 Wangunsari.Â
Pada program kampus mengajar yang saya laksanakan ini ada beberapa program yang kami laksanakan di sekolah sasaran. Beberapa program itu diantaranya: Mengajar, Kelas tambahan, pembukaan perpustakaan, bantuan administrasi, adaptasi teknologi, Greenbehavior, dan masih ada beberapa program lainnya.
Bahwasanya, program kampus mengajar ini memiliki tujuan yaitu meningkatkan literasi untuk siswa- siswi di sekolah sasaran. Permasalahan yang saya dapatkan di sekolah SDN 2 Wangunsari adalah kurangnya minat baca atau budaya literasi pada siswa.Â
Tindak lanjut di SDN 2 Wangunsari ini saya selaku mahasiswa kampus mengajar membantu permasalah tersebut. Adapun beberapa cara yang saya lakukan untuk meningkat budaya literasi di SDN 2 Wangunsari adalah :
- Merapihkan perpustakaan (membuka perpustakaan) Awalnya perpustakaan di SDN 2 Wangunsari itu ada tetapi menyatu dengan ruang kepala sekolah, yang akhirnya siswa – siswi enggan untuk masuk perpustakaan, akhirnya saya dan teman yang lain meminta izin untuk membereskan, merapihkan, dan membuka perpustakaan yang masih sama tempatnya menyatu dengan ruang kepala sekolah tetapi kami mensosialisasikan kepada siswa bahwa perpustakaan boleh untuk dikunjungi sekalipun membaca dan meminjam buku.
Â
2. Membuat program kelas tambahan. Kelas tambahan ini dibuat dikhususkan untuk siswa yang kurang dalam membaca dan berhitung, kami membantu dengan menyediakan kelas yang menyenangkan, dari media yang kami pakai, ataupun kelas yang diselingi dengan beberapa ice breaking.Â
Kelas tambahan ini dilaksanakan setiap hari senin dan rabu pukul 13.00 WIB. Bukan hanya siswa yang kurang dalam membaca dan berhitung tetapi siswa yang memang mau mengikuti kelas tambahan diperbolehkan.
Saya mendapatkan banyak sekali ilmu baru, terkait bagaimana meningkatkan budaya literasi di sekolah. Berikut adalah beberapa program yang saya laksanakan di SDN 2 Wangunsari untuk meningkatkan budaya literasi. Saya berharap apa yang sudah dilakukan dapat membuat kami menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi orang sekeliling.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H